Translate

09 Januari, 2009

Do'a ku pada rakyat Palestina


Dengan KuasaMu Ya Allah hentikanlah kekerasan Yahudi yang tiada hentinya membunuh rakyat Palestina yang tiada berdosa. Dengan Kasih dan SayangMu Ya Allah berilah ketenangan dan kedamaian pada rakyat Palestina, jauh dari gangguan dan ancaman Yahudi yang tidak pernah mentaati resolusi PBB. Dengan KuasaMu Ya Allah berikanlah kesadaran kepada Negara Amerika Serikat yang selalu saja membela dan menutup mata akan kekejian Yahudi di Palestina. Amiin ya Rabbal alamiin.

Jalur Gaza tempat terpisah dari dataran tinggi Golan. Daerah yang sudah terpisah sejak keberadaan Israel 1947. Gaza yang daeranya berbentuk persegi lebar 4 km, dan panjang 24 km sepanjang pantai laut tengah. Daerah sekecil itu sangat mudah bagi Israel yang sejak dulu ingin memperluas wilayahnya. Wilayah Palestina makin lama makin menyusut yang akhirnya kalau kita tidak sama-sama jaga akan habis.

Baca Selengkapnya..

Perjalanan Ke Sumatra Barat (5 Habis)



Pagi bangun sholat shubuh, ngobrol di koridor hotel yang cukup lebar yang berjajar kursi-kursi dan meja-meja makan. Diatas setiap meja sudah di sediakan gelas-gelas dan seteko Teh panas. Minum teh dan sembari makan goreng pisang coklat yang dibeli tadi malam, rasanya enak, sepertinya, goreng pisang digulung tepung, yang didalamnya ada coklatnya hanya ada di Bukit Tinggi. Setelah hari kian terang kami keluar dari hotel untuk mencari sarapan, biasa, seperti di Padang, lontong. Tetapi di Bukit Tinggi tidak ada lontong kami semua pesan nasi goreng di warung tenda pinggir jalan. Setelah makan sarapan mendadak kawan-kawan langsung mau pergi ke Pasar Aur Kuning, tentu saja saya tanggapi dengan kaget karena saya kira akan kembali ke hotel dulu untuk bersiap-siap belanja. Memang pagi ini rencananya belanja "Tidak ke hotel dulu" tanya ku. "Ndak, Langsung" kata kawan ku.

"wah belum bawa uang nih" tangkas ku. "Ambillah dulu, kami tunggu" jawabnya. Saya sedikit berlari ke hotel mengambil uang secukupnya dari tas, mengunci kamar hotel, terus kembali menemui kawan. Kami naik oplet ke Aur Kuning. Di dalam Oplet terdengar berita dari radio oplet tersebut bahwa Israel memborbardir jalur gaza. Sebelum berangkat hari minggu kemarin saya baca koran Riau Pos Israel membombardir Palestina 155 orang tewas. Kita berdo'a semoga keselamatan kepada rakyat Palestina. Dan kepada Mujahidin semoga segala amal ibadahnya di terima di sisi Allah SWT.
Setelah sampai di Pasar Aur Kuning Bukit Tinggi. Kami langsung memasuki Pasar melewati terminal. Di Pasar ini banyak di jual pakaian wanita dengan payet-payet, bahan bordiran, Sulaman, kebaya, dan pakaian-pakaian muslim, yang biasanya penuh dengan bordiran. Pakaian dan Bahan dari sini harga grosiran. Bisa cuma 40% harga toko biasa. Dibanding Pasar Atas Bukit Tinggi saja sudah jauh beda. Kalau mau beli jilbab murah dan pakaian muslim disini tempatnya. Di Pasar ketemu kepala sekolah setelah berjalan-jalan menemaninya belanja dibelikan baju muslim, ternyata tidak sekutang saja yang di belikannya.
Setelah keliling-keliling menemani kepala sekolah membeli buku banyak, akhirnya kami pulah ketemu lagi rombongan saya yang tadi pagi pergi bersama. Saya pulah bersama pulang bersama teman-teman rombongan, sedangkan kepala sekolah menunggu istrinya belanja kepasar. Saya menawarkan membawa buku ke hotel. Di hotel saya berkemas-kemas untuk berangkat karena janjinya jam 12:00 WIB Siang ini harus Check Out dari hotel.
Kepala Sekolah kembali ke hotel. Setelah menyelesaikan adaministrasi (pembayaranya)barulah kami berani membawa dan menenteng tas ke mobil. Sebagian masih berada di pasar atas dekat jam gadang, terutama cewek-cewek dan ibu-ibu. Karena lapar saya berinisiatif untuk mencari makanan, karena takut kejadian seperti di Padang terulang sebagian sudah makan di Pasar sementara yang lain menunggu di mobil sambil menahan lapar. Supaya tidak jadi korban salah paham makanya saya dan beberapa orang teman berinisiatif untuk membeli nasi bungkus karena tidak semuanya mau pergi ke kedai nasi atas urusan harus ada yang menunggu di mobil. Maklum setelah check Out dari Hotel cuma mobil lagi satu-satunya posko yang dijadikan markas tempat berkumpul. Ternyata tidak mudah mencari kedai nasi di Bukit Tinggi dalam keadaan libur seperti ini. Di Bukit Tinggi jika Liburan ternyata semua ikut liburan hanya beberapa yang melayani tamu turis seperti saya ini. Berkeliling berjalan kaki di sekitar Jam Gadang capai juga hingga sampai mendekati Ngarai Sihanok. Saya mengajak teman untuk singgah ke Ngarai Sihanok suatu objek wisata berupa jurang yang menghadap ke lembah, dengan pemandangan yang cukup indah. Teman-teman menolak karena tujuan kami mencari makanan. "Tetapi disana juga terdapat banyak kedai nasi" kilahku. Seorang teman mencari alasan lain "Kasian teman kita yang menunggu di mobil". Saya akhirnya hanya menurut tanpa membantah lagi.
Setelah mendapatkan makanan di sebelah Ramayana Padang, kami makan, dan memesan nasi bungkus untuk yang menunggu di mobil. Akhirnya jam setengah tiga siang kami berangkat kembali di Pekanbaru. Pada pukul 15:30 WIB kami ternyata singgah di Desa Sungai Air Jernih Kabupaten Agam untuk melihat ikan larangan.
Istirahat sebentar melihat ikan, ada orang pakai sepeda jual es krim, beli dulu satu. Eh ada lagi yang datang bawa gerobak dagangan ternyata Roti Bakar ala Humberger berisi telur dadar. Ah Lumayan nih mengisi perut yang mulai kosong karena makan siang ternyata porsinya sedikit maklum di Gerobak bertenda wartegnya Bukit Tinggi karena tidak ada kedai nasi yang buka. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk sholat karena lokasi tempat ikan larangan berada adalah halaman belakang salah satu masjid. Pukul empat lewat sore hari kami berangkat. Sampai di Arau Jam Lima petang. Lewat Kelok sembilan sekitar pukul setengah enam sore. Jam enam sore singgah di desa Pangkalan baru perbatasan Sumatra Barat dan propinsi Riau, sebagian ada yang makan malam disana, saya karena masih kenyang makan roti bakar tadi saya tidak makan. Kira-kira pukul delapan malam sampai di Bangkinang. Sampai Panam memasuki kota Pekanbaru Macet sekitar pukul 21:30 WIB karena banyak orang keluar dan berkumpul di berbagai keramaian dan pusat kota untuk merayakan Tahun Baru 2009. Akhrnya Sampai kembali ke Sekolah pukul sebelas malam.
Baca Selengkapnya..

Perjalanan Ke Sumatra Barat (4)

Sumatra Barat

Hari sudah beranjak ke setengah tiga sore ketika kami berangkat menuju Bukit Tinggi. Tanggal 30 Desember 2008 di perjalanan mulai macet karena banyak orang menuju Bukit Tinggi hendak liburan akhir tahun sembari merayakan pergantian tahun baru di Bukit Tinggi. Sampai di Padang Panjang perjalanan macet kendaraan bersusun antri dan merangkak pelan. Mendekati kota Bukit Tinggi Polisi menyetop mobil kami dan memerintahkan untuk mengambil jalan lain untuk masuk ke kota Bukit Tinggi untuk menghindari macet total. Di putuskan untuk mengambil jalan alternatif memutar di pinggiran kota bukit tinggi, jadi kebagian rezeki pemandangan indah di daerah pedesan Bukit Tinggi yang tidak pernah saya lihat. Banyak bangunan yang sejak zaman Belanda masih berdiri dan kokoh, terbukti model bangunan dan arsitektur masih model tahun 1920 dan 1930 an. Rumah-rumah kuno bergaya tradisional rumah gadang dan bangunan beton bergaya Belanda berdiri anggun dan tegap di antara sawah dan kolam-kolam ikan penduduk disini.

Sumatra Barat
Jam setengah empat sore kami memasuki pusat kota Bukit Tinggi dekat jam gadang kami berhenti tepat di depat hotel Jogja. Nama hotel Jogja si pemilik hotel dulu pernah berada di jogja dan menginap di hotel maka dibuatlah bangunan hotel bentuk dan rupanya mirip hotel di jogja ketika itu. Tentunya ketika itu zaman Belanda karena hotel tersebut masih terbuat dari kayu berlantai dua dan kunsen dan jendelanya masih terlihat asli. Setelah berunding sebentar dengan pengelola hotel kami diperkenankan masuk menuju kamar masing-masing. Saya masuk memakai sepatu Basah sampai didalam kamar segera saya lepaskan kaus kakinya dan saya ampaikan di sandaran kursi. Di hotel ini tidak ada tempat jemuran handuk seperti di Padang, tetapi di sediakan Lemari dan meja tulis diatasnya ada cok listrik, bisa buat kerja di meja tulis bagi wartawan yang membawa laptop. Sumatra BaratSaya dan teman teman cok nya di gunakan untuk mengecas batrai hanpon, kamera, dan handicam. Hotel ini ruang lobinya luas dan banyak jendela. Sehingga bebas melihat kegiatan di depan hotel jalan berkelok dan bersimpang-siur dari lobi hotel yang berada di lantai dua tersebut. Lagi asyik melihat dari lobi hotel saya diajak teman untuk berjalan keluar ke pasar atas. Saya pun setuju, karena saya sudah dari Pekanbaru berniat jika sudah sampai ke Bukit Tinggi mau pesan kerajinan ukir plastik yang dibuat kaligrafi yang bertuliskan nama. Kalau orang-orang biasanya dibuat untuk kalung.
Menaiki tangga yang akhirnya saya ketahui sebagai Janjang Gadang suatu objek wisata bersejarah di Bukit Tinggi yang anak tangganya ada yang mengatakan berjumlah 44, selama di sini saya tidak pernah menghitung secara serius, akhirnya sampai keatas tanah tempat jam gadang berdiri. Disini berdiri Pasar yang berhadapan langsung dengan Jam Gadang. Di pasar inilah dulu saya temui orang ahli ukir plastik dengan menggergaji lembaran plastik atau acrilic untuk dijadikan hiasan. Tetapi setelah berkeliling-keliling di sana saya tidak melihatnya lagi. Yang ada ukir logam yang kerja dan kegiatannya mirip hanya yang diukirnya logam plat stainless steel, yang plastik tidak ada. Kepala Sekolah sibuk mencari sekutang seperti yang kami temukan di Padang. Paling enak diminum sambil makan pisang bakar katanya. Saya mengambil moment memotret jam gadang dengan latar belakang sun set tetapi cuaca di Bukit Tinggi mendung, sunset dilindung awan hitam. Saya tidak mikir sholat lagi karena sudah sholat jamak di Lembah anai. Magrib pun berniat di jamak di waktu Isya nantinya. Jam Gadang kabarnya mau di tutup dengan kain ada beberapa orang peker yang memanjat jam gadang memasukkan tali ke dalam katrol yang sudah di pasang diatas puncak jam gadang. Tali tersebut guna menarik kain yang sudah dipersiapkan untuk menyelubungi jam Gadang karena karena Jam gadang ini orang merayakan pergantian tahun setiap tahunnya di lokasi tersebut. Pemerintah bermaksud menutup Jam gadang dengan maksud perayaan pergantian tahun dialihkan ke lokasi lain, mengingat sempitnya lokasi wisata yang seharusnya dijaga. Disini ada juga orang seniman pelukis wajah sepuluh menit siap. Harganya 60 ribu sekali lukis agak mahal 5 ribu taripnya dibanding dilokasi wisata lembah anai. Disini ada juga tukang potret jalanan dengan kamera biasa. Saya juga melihat tukang potret jalanan ini di objek wisata Lembah Anai cuma kamera yang dipakai oleh tukang potret di Lembah Anai tersebut kamera Polaroid langsung jadi, begitu pula kamera yang dipakai oleh tukang potret di Pantai Padang kemarin, bukan kamera film biasa. Sama dengan tukang potret yang ada di air mancur depan kaca mayang Pekanbaru pakai kamera Film biasa. Potret memakai kamera ini paling cepat besoknya baru siap. Para pengunjung disini memotret pada umumnya pakai kamera digital. Setelah minum sekutang ditraktir kepala sekolah, ngobrol ngalor ngidul merokok bagi yang merokok kami kembali ke hotel. Hari beranjak malam kamipun, keluar mencari makan di warung tenda pinggir jalan dengan gerobak nasinya, dengan beberapa orang teman tanpa kepala sekolah. Setelah makan ketemu kepala Sekolah lagi di Traktir sekutang lagi, kepala sekolah kecanduan minum sekutang barangkali ya. Ada teman mengajak ke Warnet saya langsung OK. Di warnet saya main game travian. Teman saya buka Friendster temannya. Warnetnya dekat, di depan hotel, tidak jauh-jauh seperti di Padang. Setelah dari Warnet kami kembali ke Hotel. Satu kamar hanya boleh diisi oleh lima orang, tidak boleh lebih, pemeriksaan ketat. Di kamar hotel agak lega tidak bersempit-sempitan seperti di Padang lagi. Saya keluar kamar hotel untuk ke kamar mandi, disini kamar mandinya diluar kamar tidur, berwuduk untuk melaksanakan sholat, airnya sedingin air kulkas. Setelah melaksanakan sholat di mushalla yang di sediakan dekat kamar hotel saya pun tidur dibekali selimut tebal dari hotel. Setiap kali di Bukit Tinggi saya selalu dibekali selimut tebal karena Bukit Tinggi daerahnya dingin.


Baca Selengkapnya..

06 Januari, 2009

Perjalanan Ke Sumatra Barat (3)

Sumatra Barat
Menjelang senja kami berada dipantai Padang menikmati secangkir kopi susu dan matahari yang terbenam. Setelah hari sedikit gelap kamipun dipanggil untuk berkumpul di mobil karena akan segera berangkat menuju penginapan. Penginapan yang dituju adalah asrama haji. Tetapi asrama tersebut masih dipenuhi oleh orang yang baru pulang dari haji. Terpaksa mencari penginapan lain. Melewati Minang Plaza di Ulak karang kami mendapati Hotel Prima. Setelah nego sedikit akhirnya disitulah kami menginap. Satu kamar tidur boleh diisi oleh empat orang. Harga per kamar sehari semalam adalah 200 ribu rupiah. Untuk irit satu kamar diisi 6 orang. Walau sedikit sempit-sempitan tidur kamar terasa aman karena kamar mandi ada didalam. Kelasnya masih yang murahan, tanpa AC, Televisi ada diluar kamar di koridor setiap tamu datang dapat menonton televisi di depan kamar yang disediakan kursi-kursi tamu.

Disini ada cok listrik yang dipakai untuk menghidupkan kipas angin, saya dapat mengecas HP PDA saya dan Bartrai Cas untuk kamera.

Kami keluar untuk cari makan malam, sepanjang jalan S. Parman depan hotel ini saya belum melihat adanya warnet. Kalau di Bukit tinggi dan Solok ada juga saya lihat dari mobil, tetapi kalau di Padang tidak. Bersebelahan dengan hotel kami menginap ada rumah makan cukup besar. Setelah makan kami sekedar ngobrol pindah ke kedai kopi sebelah. Bertuliskan besar-besar SKOTANG. Seharusnya tulisannya SEKOTȨNG dibaca huruf E lemah. Mungkin dialeg minang tidak dapat menyebutkan huruf E lemah itu makanya tertulis skotang gitu. Kami lidah orang Melayu terbaca sekutang. Tentu saja jadi bahan tertawaan oleh teman-teman karena kutang berarti BH. Saya mengidap penyakit maag karena saya tahu sekoteng itu pakai Jahe, dan bahan-bahan pedas lain saya inisiatif untuk memesan sekoteng minta tambahan susu. Kata penjual Skotang pakai susu semua, tidak ada yang tidak pakai susu. Jadi tambah tertawa lagi teman-teman.
Sumatra Barat
Keesokan harinya kami bersiap-siap pergi ke Pasar, sudah rencananya mau melihat Plaza Andalas, Ramayana Padang. Harga yang ada di Plaza ini agak sedikit mahal dari Ramayana yang ada di Pekanbaru saya tidak jadi beli pakaian disini. Saya keluar dari sini bermaksud mau pergi ke Mataharinya Padang katanya dekat situ, Tetapi jadi sampai di Sentral Pasar Raya (SPR). Di SPR ini harga agak sedikit murah setelah ditawar walaupun katanya pelaris pagi tetap saja masih mahal bagi perkiraan saya. Akhirnya saya beli pakaian disini. Teman-teman ada yang sampai ke Matahari. Sayang saya tidak bawa kamera sebenarnya banyak objek menarik untuk difoto. Setelah menunggu lama teman-teman di mobil yang masih melampiaskan keinginan belanjanya, pukul 12:00 akhirnya kami berangkat dari Padang, menuju Bukit Tinggi. Ada beberapa tempat objek wisata disana, yang bagus untuk dikunjungi. Di daerah Kayu Tanam mobil kami berhenti untuk isi BBM di SPBU. Irit juga minyaknya dari kemarin baru diisi hari ini. Dari Kayu Tanam perjalanan kami lanjutkan menuju Lembah Anai lokasi wisata Air Terjun. Memang antara bukit tinggi dan Padang ada Air terjun di Pinggir jalan lintas. Karena jalan lintasnya sudah diperluas maka dipinggirnya dapat parkir Bus. Sepanjang jalan di Bus tidak henti-hentinya pedagang asongan menjual berbagai kue-kue dan makanan Sumatra Baratkecil. Saya beli beberapa pergedel jagung, dan telur asin untuk pengganjal perut yang belum makan siang. Karena ada beberapa teman sudah makan ketika di Pasar Padang tadi, pantasan menunggu lama. Di Lembah Anai saya langsung ke lokasi wisata untuk mengambil foto-foto disana. Setelah jepret sana sini, akhirnya harus nyebur juga kaki ke air karena batu-batunya licin. Sepatu saya basah yang tadinya saya malas buka sepatu, yang paling aman jalan di air. Akhirnya sepatunya terpaksa dibuka karena sepatu kain saya sudah basah kuyub. Saya kembali di mobil sambil menenteng sepatu, melewati seorang pelukis yang sedang asik melukis seorang pengunjung yang minta dilukis. Biaya satu lukisan 55 ribu rupiah, 10 menit jadi dilukis dengan pinsil 3 B, jadi lukisan hitam putih cukup menarik. Sepatu basah saya letakkan di mobil saya pergi mencari kedai nasi setelah makan siang saya sholat zuhur dan Ashar di Jamak. Setelah sholat teman-teman sudah ngumpul di mobil ternyata sudah menunggu saya.


Baca Selengkapnya..

04 Januari, 2009

Perjalanan Ke Sumatra Barat (2)


Di alahan panjang saya sampai dalam keadaan hujan. Maklum barangkali sedang musim hujan. Suhu udara menjadi dingin sekali. Air disini terasi dingin seperti air yang disimpan di kulkas. Dinginnya air memang sudah terasa ketika saya berada di Lubuk Bangku, dan Danau Singkarak. Nasi bungkus panas yang kami beli sekarang sudah dingin. Besi-besi jendela yang saya pegang di mobilpun terasa dingin. Ini akibat dinginnya suhu di alahan panjang. Hujan sudah berhenti ketika kami sampai tetapi digantikan dengan hembusan angin yang sedikit kencang sehingga baju-baju tebal dan jaket kami berkibar-kibar dan berusaha dipeluk sekuat mungkin menahan dinginnya angin yang berhembus. Nasi bungkus yang tadi kami beli cepat-cepat kami buka karena tidak tahan menahan perut yang sudah mulai keroncongan. Setelah makan siang dengan pemandangan danau atas kami pun berjalan-jalan, memotret, sayang saya tidak mampu memotret lagi karena batrai habis.
Sumatra Barat
Di sebelahnya terlihat danau bawah tempat saya dahulu pernah camping dipinggirannya. Tempat kami kunjungi ini ada beberapa kedai yang menjual makanan seperti mie instant rebus, yang tadinya sudah saya beli di ketika di Danau Singkarak. Kedai ini menjual serba-serbi Alahan Panjang selain Kedai nasi dan mie instant, seperti minuman botol, minuman kaleng, batrai, pena, didepannya terpajang bunga-bunga kering hasil kerajinan masyarakat setempat, bibit-bibit bunga hias, tanaman didalam pot seperti strawberry juga buah-buahan yang mungkin tumbuh di wilayah ini seperti terong belanda, Markisa dan lain sebagainya. Dulu ketika saya disini sebelas tahun yang lalu hanya markisa sebagai hasil hutan yang dapat saya lihat sebagai hasil wilayah ini selain sayur-mayur. Ketika hari telah beranjak sore, pukul 14:30 WIB kami tidak sadar hari telah sore karena suasana seperti pagi saja terus dan dingin, kamipun bersiap untuk berangkat. Mendekati pukul tiga siang kamipun bertolak dari alahan panjang menuju ke Padang.Sumatra Barat
Setelah jalan panjang berliku pukul 15:45 WIB kami mendekati padang. Melewati indarung PT Semen Padang. Tampak Pabrik semen dari jalan dan gerbang menuju pabrik yang terbuat dari pipa besar yang berbentuk tanduk kerbau, lambang PT Semen Padang dan suku Minang Kabau. Yang menarik bagi saya ketika memasuki Padang supir memutar Video Clip dari VCD Mobilnya, lagu tentang kekhawatiran seorang bersuku minang akan hilangnya budi bahasa orang minang, “Hilang lah minang tingga kabau” begitu bunyi syair lagunya. Menariknya adalah kekhawatiran itu berarti adat-istiadat minang kini sudah mulai dilupakan masyarakatnya, mungkin karena tidak pernah direvisi atau kalau perlu diamandemen, habis sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi.
.Sumatra Barat
Kira-kira pukul empat sore kami memasuki kota melalui bawah jembatan Siti Nurbaya. Terlihat kapal-kapal kayu dan perahu-perahu yang masuk melalui muaro. Kami berhenti di Pantai Padang. Saya bersama teman-teman mencari Masjid untuk sholat, menuju bangunan persegi dengan atap yang meninggi dan sedikit menjulang pada bagian tengahnya, yang akhirnya kami ketahui adalah sebuah Klenteng. Sayang tidak ada masjid dekat sini. Setelah bertanya ada seseorang menunjukkan depan WC ada tempat sholat. Kami menuju kesana ternyata hanya berupa sebuah tenda dari plastik dan kayu seadanya terus dibawanya berlantai tanah yang digelari tikar usang. Kami pun sholat jamak Zhuhur dan Ashar disana menghadap ke Laut. Setelah sholat saya mencari super market hendak membeli batrai alkalin ukuran AAA. Aneh dekat sini tidak ada Toko Kelontong, Toserba, atau super market. Yang terlihat hanya kedai-kedai makanan dan minuman.Sumatra Barat Saya khawatir meninggalkan mobil jauh dari rombongan kalau-kalau persinggahan ini hanya sebentar, saya putuskan untuk kembali lagi ke Pantai dekat mobil kami. Dapat kabar kami akan berada disini lama, sampai magrib. Saya bertanya pada penjual makanan: “Dimana super market terdekat dari sini?” Jawabannya adalah tidak ada yang dekat mesti pakai ojek, jauh. Setelah tahu saya kesana untuk beli batrai alkalin untuk kamera ia langsung menunjuk pohon besar yang ada di pinggir jalan kira-kira 100 meter dari situ ada toko jual peralatan photo. Saya menuju pohon besar yang di maksud. Dekat pantai ini banyak pohon-pohon besar sengaja tidak di tebang. Lain dengan Pekanbaru yang ada pohon besar sedikit alasan mengganggu kendaraan atau hendak melakukan pembangunan selalu ditebang. Sehingga di Pekanbaru pohonnya selalu kecil-kecil. Akhirnya di Toko Photo ada jual batrai alkalin yang saya cari. Saya bisa memotret lagi. Selain menjual Frame Phota, Film juga ada buku-buku tulis, pena, ballpoin, kata orang toko, ia menawarkan jika kehabisan pulsa dapat dibeli ditoko sebelahnya. Katanya lagi yang punya toko pulsa adiknya sendiri. Ombak Pantai Padang sedikit lebih besar dibanding saya pergi ke Padang tahun 2003. Karena mungkin sekarang musim angin dan ombak besar di samudra Indonesia dan Samudra India. Khawatir saja yang bawa anak kecil ke Pantai takut digulung ombak

Baca Selengkapnya..

02 Januari, 2009

Perjalanan Ke Sumatra Barat (1)


Sumatra Barat
Hari minggu tanggal 28-12-2008 baru lalu, saya persiapkan segala sesuatu pakaian, kamera, PDA dan lain-lain. Rencana berangkat jam 20:00 WIB Malam. Setelah menunggu teman-teman akhirnya berangkat pukul 20:35. Jam 22:00 WIB sampai Kampar isi minyak solar 57 liter Senin jam 00:30 dini hari sampai di desa Pangkalan. Istirahat sebentar jam 00:55 berangkat lagi. Eh singgah lagi di Lubuk Bangku. Rencana setelah subuh baru berangkat diperkirakan akan sampai Padang pukul 08:00 pagi.

Mudah-mudahan tidak mampir-mampir lagi di lubuk meja misalnya (memang ada?!!). Selama istirahat disini saya manfaatkan untuk mencoba akses internet untuk bermain game online, eh batarai PDA saya tinggal sedikit jadi ketika akses internet langsung nge-Dropt trus shut down. Akhirnya saya hidupkan kembali dan saya pakai waktunya untuk menulis laporan ini dan makan pagi. Karena lapar saya makan pagi tah makan malam pukul 04:00 pagi, soalnya makan paginya seperti porsi makan siang pakai gulai daging! Jam 05:30 akhirnya berangkat ke Padang,Sampai ke Payakumbuh pukul 07:20. Pada pukul 09:00 sampai di Bukit Tinggi. Karena PDA saya kehabisan batrai maka saya berhenti melaporkan dulu. Mulai dari lubuk bangku sampai ke Bukit Tinggi GPRS Telkomsel tidak hidup jadi saya tidak dapat akses internet. Lama juga di Bukit TInggi urusan sopir dan izin perjalanan. Karena berhenti lama saya sempatkan memotret berapa tempat di terminal bus Aur Kuning. Pukul 09:47 baru berangkat menuju ke Danau Singkarak.
Sumatra Barat
Di Danau kami datang paling pertama, masih sepi, lambat laun semakin ramai. Kegiatan pertama saya adalah memotret. Tukar baju dan mandi di Danau Singkarak. Soalnya saya belum pernah mandi di Danau Singkarak. Setiap kali saya ke Padang hanya lewat dan melihat saja dari mobil danau Singkarak itu tidak pernah singgah. Saya manfaatkan kesempatan ini dengan memotret sambil ngobrol dan senda gurau sesama teman. Beberapa kali memotret batrai kamera saya pun habis. Saya pakai kamera cas (Charge) Lithium standard AAA. Sumatra BaratKalau beli batrai biasa yang bukan cas harus pakai yang Alkalin karena batrai biasa tidak mampu dayanya terlalu rendah. Lain kali kalau mengadakan perjalanan persiapan batrai cas atau alkalin lebih banyak sehingga tidak terjaddi kendala memotret di perjalanan. Juga persiapan memori card yang besar lebih banyak. Sebenarnya saya sudah persiapkan pengecas (Charger) tetapi di lubuk bangku tidak ada cok listrik yang memadai untuk mengecas batrai. Akhirnya beginilah PDA phone Shut Down, Camera pun kehabisan.

Perjalanan pun dilanjutkan ke Danau Kembar: ke Danau diatas dan danau dibawah pukul 11:30 WIB tanpa memotret dan tanpa PDA. Dulu tahun 1987 pernah kemping di Alahan Panjang di Danau atas dan Danau bawah ini. Saya ceritakan pada teman-teman bahwa tempatnya lebih dingin dari di Bukit tinggi. Teman-teman ternya tertarik untuk berkunjung kesana. Akhirnya diputuskan untuk pergi kesana. Setelah singgah di rumah makan beberapa kilo dari kota Solok sekedar beli nasi ramas dan beberapa teman dimanfaatkan untuk sholat (saya rugi tidak sholat di situ) saya menanyakan batrai alkalin ukuran AAA, apakah ada dijual diwarung sebelah rumah makan ternyata tidak ada yang ada hanya batrai ukuran AA biasa. Sumatra Baratakhirnya pukul 13:00 perjalanan dilanjutkan. Jalan yang dulu pernah saya tempuh dulu dengan berjalan kaki back packer saya masih melihat rumah dan bangunan tampak seperti dulu tanpa banyak perubahan. Alahan panjang adalah daerah sumber pertanian Sumatra Barat, tanahnya subur, alamnya Indah. Tetapi penduduknya terlihat miskin. Ini menurut analisa saya kemungkinan lahan pertanian bukan dimiliki sendiri. Pemilik lahan merantau entah kemana kemudian lahan dikerjakan orang lain dengan cara upahan. Lain dengan sumber pertanian di Tanah Karo Sumatra Utara petani Cabai, Bawang dan Tomat terlihat makmur dan sejahtera, karena dikerjakan sendiri. Saya tidak dapat memotret karena tadi batrai kamera saya habis. Tapi di daerah tujuan wisata danau kembar ada jual batrai alkalin tapi ukuran AA, yang ukuran AAA yang ada hanya batrai biasa (bukan alkalin) saya coba beli dengan harapan dapat sekali dua kali jepret jadilah. Ternyata tidak juga bisa. Hidup layarnya sebentar langsung mati lagi. Tidak dapat memotret.




Baca Selengkapnya..