Translate

25 Oktober, 2008

Dokteer... dokter


Teman saya berobat kepada dokter praktek. Kemudian dokter tersebut menghanpon temannya sesama dokter "halo..," sapanya memulai hubungan pembicaraan: "ini ada pasien, kemaren saya beri obat ini belum sembuh juga! Pakai obat apa lagi ya? Ya. Ya. Ooh gitu. Jadi kasih aja ampi jadi dak masalah. Ya!" Nanya boleh aja tetapi jika itu masalah yang khusus yang harusnya dilaksankan tidak didepan pasien. Jika menanyakan sesuatu menanakan ketidak mampuan dokter dalam ilmu kedokterannya yang harusnya ia kuasai.
Saya banyak menemukan dokter yang tidak mampu seperti itu: mulai

mulai dari salah diagnosa, hanya memberikan penghilang rasa sakit pada pasien yang tetanus, sampai pada operasi yang ditinggalkan terbengkalai gara-gara ikut seminar.Dan banyak lagi kasus yang serupa.
Entah apalah sebabnya, moral dokter yang menurun atau mutu kelulusan yang tidak baik. Banyak lulusan kedokteran tidak berkwalitas karena mungkin kekurangan dosen sibuk praktek dari pada ngajarkan ilmunya pada mahasiswanya. Akhirnya banyak lulusan kedokteran yang tidak berkwalitas. Akhirnya tidak dapat bersaing dengan dokter-dokter lain.
Dokter lukusan sekarang hanya dapat menyembuhkan pasien yang disebabkab oleh demam biasa. Kalau hanya demam biasa orang pada umumnya tidak perlu dokter lagi untuk penyakit umum dan biasa karena obat umum banyak beredar dijual bebas. Apa lagi sekarang banyak orang yang pintar-pintaran membeli obat daftar G seperti Amphicilin. Obat jenis anti biotik yang seharusnya dibeli dengan resep dokter.
Sekarang dokter berlomba mencari kekayaan sebagai simbol keberhasilan sebagai dokter. La iya laah, masak iya ada dokter miskin, ndak lucu kalee! Akhirnya banyak dokter yang melakukan Mal praktek, menjadikan pasien sebagai objek percobaan sekaligus penghasil uang. Pasien diam-diam diberikan obat tidak menyembuhkan tetapi sebagai penghilang rasa sakit saja sehingga setelah obat habis pasien berobat padanya lagi, dengan diiringi pesan: "Setelah obatnya habis kalau belum sembuh agar kembali lagi obatnya ditambah atau diganti dengan yang lain", tentu saja pasien harus membayar lagi biaya tambahan lagi. Dokterpun sekarang ada yang melancarkan strategi untuk memperlaris usahanya dengan membuat kerjasama dan brosur palsu seolah-olah cabang dari salah satu rumah sakit di luar negri, jadi setiap orang yang ingin berobat keluar negri, diharapkan berobat ke praktek dia dulu, katanya: "kita (Maksudnya saya) obati saja dulu ya, nanti kalau memang perlu keluar negri baru kita beri rujukan!" Inilah penipuan yang seharusnya tidak dilakukan, ya kan. yaa tetapi begitulah kenyataannya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan