Translate

30 April, 2008

Penguasaan Kelas Tanpa Marah-marah


Menjadi guru memang tidak mudah, perlu pengalaman dan kepribadian yang mendukung untuk menjadi guru yang matang selain juga penguasaan berbagai ilmu psikologi pendidikan praktis untuk mengelola kelas yang baik dan tenang. Ada tips atau saran yang perlu diperhatikan bagi seorang guru, yang kesulitan dalam menguasai kelas, mengatasi anak-anak murid yang selalu ribut, bermain, tidak perhatian dalam belajar dan sebagainya. Hal-hal tersebut disebabkan oleh beberapa kesalahan yang baik sengaja ataupun tidak, dilakukan oleh seorang guru di depan kelas.
  1. Kondisi kelas yang tidak mendukung
  2. Kelas yang lepas kendali
  3. Perbuatan jelek tanpa konsekwensi


Kondisi Kelas yang tidak mendukung

Kondisi kelas yang tidak mendukung, meja berantakan, murid yang belum siap untuk belajar, keasyikan bermain atau bawa mainan atau bermain dalam kelas dan sebagainya yang semua itu akan mengganggu atau bahkan menggagalkan proses belajar dikelas.
Pada dasarnya setiap kelas tidak siap untuk belajar. Gurulah yang seharusnya mempersiapkan, mengkondisikan kelas agar siap untuk belajar. Saya mengenal seorang guru SD teman sesama mengajar, ia masuk kelas 3, sudah siap untuk materi yang akan diajarkan yaitu bahasa Indonesia untuk kelas 3 SD. Tetapi murid tidak siap, mereka asyik bermain karena baru selesai istirahat tetapi bel tanda masuk sudah berbunyi, anak-anak tersebut masih merasa jam istirahat. Ia segera memerintahkan agar anak-anak tenang, mereka tidak mau tenang. Perintahnya ia ulang sampai tiga kali tidak juga tenang. Ia ambil spidol menulis di papan tulis besar-besar "HARAP TENANG" dengan harapan murid-murid mengerti bahwa ia sedang marah dan murid segera tenang memulai pelajaran. Sampai akhirnya ia putus asa anak-anak tidak juga tenang ia memulai pelajaran dengan keadaan kelas yang ribut, anak-anak asyik cerita sana-sini tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran. Sampai waktu pelajaran hampir habis anak tidak juga tenang ia pun melepaskan tanggung jawabnya dengan duduk menenangkan diri di kantor majelis guru. Akhirnya anak-anak kelasnya timbul perkelahian ketahuan oleh kepala sekolah yang disalahkan adalah guru yang mengajar jam berikutnya. Ada juga teman saya yang tegas pada anak. Ia guru Bahasa Inggris. Setiap kali ia masuk kelas ia tidak langsung duduk di meja guru, tetapi berkeliling kelas menegur setiap anak yang asyik cerita, bermain, mengingatkan bahwa jam pelajaran sudah masuk dan tidak boleh ada yang bermain atau bercerita sesama teman. Bahkan ia mengambil permainan yang dimainkan anak-anak di dalam kelas. Anak-anak untuk sementara ketakutan permainannya diambil segera menyimpan mainannya kedalam tas. Ketika itu pula guru tersebut memerintahkan untuk mengeluarkan buku pelajaran bahasa inggris, dan anak-anak segera mematuhinya. Guru bahasa Inggris ini menguasai kelas dengan baik. Ia dapat dengan tenang mengajar dan konsentrasi muridpun dapat terkondisikan lebih baik untuk belajar. Demikianlah pentingnya mengkondisikan kelas. Gurulah yang mengkondisikan kelas agar tenang dan siap untuk belajar. Bukan guru menunggu agar murid tenang dan siap untuk belajar.

Kelas yang lepas Kendali

Kelas perlu kendali dari guru. Gurulah yang pegang kendali agar kelas senantiasa tetap tenang dan kondisi terfokus untuk belajar. Setiap murid selalu mencari celah kelonggaran dari seorang guru agar ia dapat bermain dan bebas berbuat sekehendak hatinya. Bahkan murid sekarang kreatif menciptakan celah kelonggaran kendali guru di kelas. Jangan salahkan murid tetapi gurulah yang senantiasa memegang kendali. Contoh guru bahasa Indonesia teman saya diatas adalah contoh guru yang tidak pernah memegang kendali kelas. Ia biarkan saja murid-murid ribut di kelas. Mengendalikan kelas dengan cara marah-marah, membentak murid, Berteriak-teriak menimbulkan ketegangan dan ketakutan yang tidak baik untuk suasana belajar. Inilah yang perlu di tanamkan dan diajarkan pada murid-murid bahwa setiap perbuatan ada konsekwensinya jadi ia akan mengerti dan berbuat yang lebih baik dan selalu memilih perbuatan yang baik untuk mendapatkan konsekwensi yang baik dari perbuatannya.

Perbuatan jelek tanpa konsekwensi

Konsekwensi adalah akibat dari perbuatan yang ia perbuat. Bisa hukuman bagi yang melakukan pelanggaran peraturan kelas, seperti berdiri di salah satu tempat dikelas yang terpisah dari kawan-kawanya dan sebagainya. Ada banyak konsekwensi yang perlu diterapkan pada anak didik agar mereka mengerti perbuatan baik dan mengerti jika ia melakukan perbuatan salah dapat konsekwensi hukuman dari guru. Konsekwensi ada konsekwensi logis, konsekwensi alam, kosekwensi substitusi dan lain sebagainya. Dapat seorang guru memilih atau membuat konsekwensi substitusi dari perbuatan yang dilakukan anak didik. Jika anak didik tidak diberikan atau tidak dikenalkan pada konsekwensi seperti itu maka anak tidak akan pernah tahu atau mengerti mana perbuatan baik dan benar dilakukan dan mana perbuatan yang salah yang seharusnya tidak dilakukan. Kalau keadaan tanpa konsekwensi ini berulang-ulang terjadi bukan saja anak didik tidak disiplin tetapi akan sulit mendidiknya untuk mengerti nilai-nilai dan norma yang ada dilingkungan kehidupannya.

11 ulasan:

  1. Terima kasih saya termasuk guru baru yang terkadang merasa kewalahan dalam hal penguasaan kelas...

    BalasPadam
  2. pengalamanku dalam menguasai kelas. awalnya saya kurang kooperatif terhadap siswa. seperti cerita diatas, suka teriak2 menenagkan, kadang emosi tinggi sampai main tangan. tapi setelah ku pelajari dan kuperhatikan dengan seksama ku punya cara tersendiri agar anak2 tertarik ikut pelajaran kita, paling gak di awal pembelajaran.diantaranya bisa dengan sesuatu yang menarik minat anak. misal nyanyi, cerita atau bermain tebak2an. setelah semua siswa terfokus dg kita baru pelajaran dimulai. ada cara lain lagi. bagi wali kelas bisa membuat perjanjian dg murid diawal pelajaran disertai sanksi yang dibuat secara bersama2 oleh guru dan murid.

    BalasPadam
    Balasan
    1. Perjanjian guru dengan murid itu namanya kontrak belajar. Hal ini sepanjang dipraktekkan tidak begitu effektif apalagi jika murid sudah tidak terkendali.

      Padam
  3. pak sobirin trimakasih sarannya.
    saya GWB yg baru mengajar selama 2tahun. dan selama 2tahun itu baru tahun ajaran ini sya mendapat kelas. dan kelas yang diberikan kpada saya ini adalah klas yang menurut semua guru adalah kelas yg paling super ekstra mengajar dan mengemban tanggung jawab besar yaitu kelas 1 SD.
    selama mengajar dan kelas dalam kondsi ribut, saya sudah menggunakan cara sprti guru bhasa inggris diatas. tetapi saya masih belum puas. bagaimana menurut anda cara membuat anak menjadi tidak ribut dan hukuman apakah yang apas untuk anak seumuran kelas 1 SD selain berdiri didepan kelas/ruangan lain. karena cara itu kuang efektif.
    mohon balasannya pak. saya tunggu di facebook saya pak chaty0103@yahoo.com

    BalasPadam
  4. GUNAKAN MEDIA YANG MENARIK, KRN SISWA KLS 1 ITU LEBIH DOMINAN MEMPERHATIKAN MEDIA DALAM BENTUK VIDEO ATAU LAGU, YAITU PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PERNAH KAMI LAKUKAN DI SEKOLAH, HAL INI TERNYATA BERHASIL, BAHKAN ANAK-ANAK RINDU DENGAN PEMBELAJARAN SEPERTI INI, NAMUN PERALATANNYA HARUS LENGKAP SEPERTI PROJECTOR, LAPTOP DAN JARINGAN INTERNET YANG MENDUKUNG DI SEKOLAH UNTUK LEBIH MEMUDAHKAN AKSES VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK ANAK KLS 1, TERIMA KASIH SALAM BERBAGI

    BalasPadam
  5. Sarannya sangat membantu. Terimakasih buat para teman2 guru yang sudah saling berbagi saran dan pendapatnya.. Saya seorang guru baru di sebuah sekolah ngajarnya masih 1 minggu, tapi sebelumya sudah mengajar juga di sekolah yang berbeda saya mengajar dikelas 3, Saya sering menerapkan teori yang di atas mengeluarkan suara yang kuat2, tetapi karena siswanya terlalu ribut kali ruangan seperti pasar. Saya bingung bagaimanakah teori yang harus di lakukan untuk mengubah mereka menjadi anak2 yang sportif,, Mohon saranyaa teman2

    BalasPadam
  6. Emang anak diciptakan berbagai karakter yang berbeda2 kita harus tau ilmu psikologi anak juga bukan materi2 aj yg digembleng kepada anak didik....

    BalasPadam
  7. Emang anak diciptakan berbagai karakter yang berbeda2 kita harus tau ilmu psikologi anak juga bukan materi2 aj yg digembleng kepada anak didik....

    BalasPadam
  8. Emang anak diciptakan berbagai karakter yang berbeda2 kita harus tau ilmu psikologi anak juga bukan materi2 aj yg digembleng kepada anak didik....

    BalasPadam
  9. Bagaimana dengan kendali kelas di tingkat menengah yang siswanya sudah tidak takut lagi dengan apapun hukuman guru? Sebagai informasi, anak SD saat ini pun juga tidak bisa dibuat takut oleh konsekuensi. Dihukum malah senang. Jika bertindak halus tak bisa, biasanya kita sudah emosi tinggi.Saat kita sudah sangat tegas, orang tua yang datang melawan kita.

    Anak dan orang tua jaman sekarang 180 derajat berbeda dengan jaman kita dulu yg antara guru dan orang tua bisa saling bekerja sama dan pro sikap guru yang tegas. Sekarang orang tua lebih pro dengan polah anak yang ga benar dan gurunya yang ditantang.

    BalasPadam
  10. Bagaimana dengan kendali kelas di tingkat menengah yang siswanya sudah tidak takut lagi dengan apapun hukuman guru? Sebagai informasi, anak SD saat ini pun juga tidak bisa dibuat takut oleh konsekuensi. Dihukum malah senang. Jika bertindak halus tak bisa, biasanya kita sudah emosi tinggi.Saat kita sudah sangat tegas, orang tua yang datang melawan kita.

    Anak dan orang tua jaman sekarang 180 derajat berbeda dengan jaman kita dulu yg antara guru dan orang tua bisa saling bekerja sama dan pro sikap guru yang tegas. Sekarang orang tua lebih pro dengan polah anak yang ga benar dan gurunya yang ditantang.

    BalasPadam