Translate

Memaparkan catatan dengan label Pendidikan. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Pendidikan. Papar semua catatan

08 November, 2009

Pesantren Darunnajah Cipining



Pesantren adalah ujung tombak generasi Islam. Dapat dibayangkan bagaimana jika tidak ada pendidikan Islam seperti pesantren ini tentunya generasi Islam tidak lagi dapat melanjutkan misi Islam menegakkan kebenaran dan keadilan sesuai perintah Allah subhanahu wata'ala sebagaimana yang telah disampaikan melalui nabi dan rasulnya salallahu alaihi wasalam seperti Pesantren Darunnajah 2 Cipining ini. Walau merupakan Pesantren Modren tetapi dengan kurikulum Islam terpadu tidak melupakan ciri dasar Islam yang berupa Aqidah Salafiyah yang berdasarkan Qur'an dan Sunnah Nabi Salallahu alaihi wasalam.



Didukung oleh lokasi alam yang indah yang memudahkan bagi santri untuk merenungi kebesaran dan dan kemegahan Allah Subhanahu wata'ala yang ayat-ayat dan tanda-tanda kebesarannya terbentang di alam, dan dapat disaksikan oleh santri setiap sa'at. Sehingga sangat tepat bagi KH.Abdul Manaf Mukhayyar, (Almarhum) pendiri pesantren ini, memilih tempat ini sebagai wadah pendidikan Islam yang menjadi Pesantrennya. Pesantren ini didirikan pada 8 Juli 1988, yang sekarang telah terdapat lulusan Pesantren ini yang mendapat penghargaan dalam dan luar negri, diantaranya Nur Achyari mendapat Beasiswa S1 kuliah di Al-Azhar Cairo, Mesir terdaftar tahun 2004 sampai sekarang dan Arief Wardani Al-Hafizh, Beasiswa Pendidikan S-1 di Universitas Al-Azhar, Cairo Mesir tahun 2005 hingga sekarang.

Juga Muhammad Zukhruful Muhtadin al Hafizh & Muhammad Sofwan, beasiswa Pendidikan S-1 di Universitas Al Azhar Cairo Mesir, dari Dubes Mesir untuk Indonesia, tahun 2008. Segudang prestasi yang diraihnya dalam lomba tingkat Nasional Pidato Bahasa Inggris juara III tingkat Nasional yang diadakan di Jawa Timur, Dan Lomba Pidato bahasa Arab Juara III tingkat Nasional yang diadakan di Medan.

Pondok Pesantren Darunnajah Cipining adalah cabang ke-2 dari Darunnajah Ulujami Jakarta. Di Darunnajah Cipining ini telah berdiri pendidikan dalam berbagai tingkatan mulai dari TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK, Perguruan tinggi sampai pada Pasca Sarjana. Kegiatan pendidikan dengan Metode pendidikan Modren (terbaru) menjadikan santri senang menuntut ilmu di pondok ini.
Contohnya Pendidikan bahasa Inggris yang sangat ditunggu-tunggu santri-santri dengan cara praktek langsung, seperti pidato penerjemahan ayat-ayat suci Al-Qur'an kedalam bahasa Inggris, yang diikuti oleh santri-santri tahfiz (Penghapal Qur'an). Hal ini sangat menyenangkan bagi santri-santri karena selain menambah perbendaharaan kata dan kemampuan berbahasa Inggris juga melatih keberanian untuk tampil dimuka umum.

Dengan berbagai metoda menarik diberbagai bidang ilmu, menyebabkan santri-santri dapat terpacu untuk meraih prestasi dengan cepat. Hal ini dimungkinkan karena adanya kwalitas guru-guru yang banyak alumni pesantren gontor dan lulusan Sarjana Strata 1 sebanyak 34 Orang dan 1 Orang pasca sarjana. Selain itu terdapat 6 Orang guru Hafiz hapal Qur'an 30 Juz, Dan beberapa sarjana Muda D3.

Jurusan Tahfiz Al-Qur’an ini sangat penting dan perlu digalakkan mengingat akhlak rasulullah salallahu alaihi wasalam adalah Qur’an. Qur’an memang ajaib dengan menghapalnya saja dan selalu membacanya dengan baik dapat memberikan perngaruh yang positif bagi akhlak (perilaku) generasi muda kita. Mengingat sekarang dunia terutama Indonesia sedang krisis akhlak. Pesantren yang khusus menghapal al-Qu’ran ada satu komplek di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Darrunnajah Cipining ini.

Sebagai pondok Pesantren yang juga mendidik generasi muda untuk hidup dimasa depan, juga diajarkan ilmu-ilmu untuk hidup didunia agar seimbang ilmu agama dan ilmu dunia sebagai bekal anak-anak santri. Ilmu-ilmu itu tertuang dalam ekstrakurikuler berupa life skill seperti: Pramuka (Kepanduan), Pelatihan Komputer, Seni, Ketrampilan kerajinan tangan (Hands work) dan sebagainya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya lomba membuat majalah dinding pada hari jum'at tanggal 6 November lalu, yang diikuti oleh santriwati-santriwati di Pesantren Darunnajah Cipining ini. Begitu pula Acara Kegiatan Pelantikan Tingkat kepanduan Pramuka yang diadakan tanggal 8 bulan November 2009, Kelompok bahasa Inggris dan Arab yang mengadakan demo pidato secara berkala.


Baca Selengkapnya..

30 April, 2008

Penguasaan Kelas Tanpa Marah-marah


Menjadi guru memang tidak mudah, perlu pengalaman dan kepribadian yang mendukung untuk menjadi guru yang matang selain juga penguasaan berbagai ilmu psikologi pendidikan praktis untuk mengelola kelas yang baik dan tenang. Ada tips atau saran yang perlu diperhatikan bagi seorang guru, yang kesulitan dalam menguasai kelas, mengatasi anak-anak murid yang selalu ribut, bermain, tidak perhatian dalam belajar dan sebagainya. Hal-hal tersebut disebabkan oleh beberapa kesalahan yang baik sengaja ataupun tidak, dilakukan oleh seorang guru di depan kelas.
  1. Kondisi kelas yang tidak mendukung
  2. Kelas yang lepas kendali
  3. Perbuatan jelek tanpa konsekwensi


Kondisi Kelas yang tidak mendukung

Kondisi kelas yang tidak mendukung, meja berantakan, murid yang belum siap untuk belajar, keasyikan bermain atau bawa mainan atau bermain dalam kelas dan sebagainya yang semua itu akan mengganggu atau bahkan menggagalkan proses belajar dikelas.
Pada dasarnya setiap kelas tidak siap untuk belajar. Gurulah yang seharusnya mempersiapkan, mengkondisikan kelas agar siap untuk belajar. Saya mengenal seorang guru SD teman sesama mengajar, ia masuk kelas 3, sudah siap untuk materi yang akan diajarkan yaitu bahasa Indonesia untuk kelas 3 SD. Tetapi murid tidak siap, mereka asyik bermain karena baru selesai istirahat tetapi bel tanda masuk sudah berbunyi, anak-anak tersebut masih merasa jam istirahat. Ia segera memerintahkan agar anak-anak tenang, mereka tidak mau tenang. Perintahnya ia ulang sampai tiga kali tidak juga tenang. Ia ambil spidol menulis di papan tulis besar-besar "HARAP TENANG" dengan harapan murid-murid mengerti bahwa ia sedang marah dan murid segera tenang memulai pelajaran. Sampai akhirnya ia putus asa anak-anak tidak juga tenang ia memulai pelajaran dengan keadaan kelas yang ribut, anak-anak asyik cerita sana-sini tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran. Sampai waktu pelajaran hampir habis anak tidak juga tenang ia pun melepaskan tanggung jawabnya dengan duduk menenangkan diri di kantor majelis guru. Akhirnya anak-anak kelasnya timbul perkelahian ketahuan oleh kepala sekolah yang disalahkan adalah guru yang mengajar jam berikutnya. Ada juga teman saya yang tegas pada anak. Ia guru Bahasa Inggris. Setiap kali ia masuk kelas ia tidak langsung duduk di meja guru, tetapi berkeliling kelas menegur setiap anak yang asyik cerita, bermain, mengingatkan bahwa jam pelajaran sudah masuk dan tidak boleh ada yang bermain atau bercerita sesama teman. Bahkan ia mengambil permainan yang dimainkan anak-anak di dalam kelas. Anak-anak untuk sementara ketakutan permainannya diambil segera menyimpan mainannya kedalam tas. Ketika itu pula guru tersebut memerintahkan untuk mengeluarkan buku pelajaran bahasa inggris, dan anak-anak segera mematuhinya. Guru bahasa Inggris ini menguasai kelas dengan baik. Ia dapat dengan tenang mengajar dan konsentrasi muridpun dapat terkondisikan lebih baik untuk belajar. Demikianlah pentingnya mengkondisikan kelas. Gurulah yang mengkondisikan kelas agar tenang dan siap untuk belajar. Bukan guru menunggu agar murid tenang dan siap untuk belajar.

Kelas yang lepas Kendali

Kelas perlu kendali dari guru. Gurulah yang pegang kendali agar kelas senantiasa tetap tenang dan kondisi terfokus untuk belajar. Setiap murid selalu mencari celah kelonggaran dari seorang guru agar ia dapat bermain dan bebas berbuat sekehendak hatinya. Bahkan murid sekarang kreatif menciptakan celah kelonggaran kendali guru di kelas. Jangan salahkan murid tetapi gurulah yang senantiasa memegang kendali. Contoh guru bahasa Indonesia teman saya diatas adalah contoh guru yang tidak pernah memegang kendali kelas. Ia biarkan saja murid-murid ribut di kelas. Mengendalikan kelas dengan cara marah-marah, membentak murid, Berteriak-teriak menimbulkan ketegangan dan ketakutan yang tidak baik untuk suasana belajar. Inilah yang perlu di tanamkan dan diajarkan pada murid-murid bahwa setiap perbuatan ada konsekwensinya jadi ia akan mengerti dan berbuat yang lebih baik dan selalu memilih perbuatan yang baik untuk mendapatkan konsekwensi yang baik dari perbuatannya.

Perbuatan jelek tanpa konsekwensi

Konsekwensi adalah akibat dari perbuatan yang ia perbuat. Bisa hukuman bagi yang melakukan pelanggaran peraturan kelas, seperti berdiri di salah satu tempat dikelas yang terpisah dari kawan-kawanya dan sebagainya. Ada banyak konsekwensi yang perlu diterapkan pada anak didik agar mereka mengerti perbuatan baik dan mengerti jika ia melakukan perbuatan salah dapat konsekwensi hukuman dari guru. Konsekwensi ada konsekwensi logis, konsekwensi alam, kosekwensi substitusi dan lain sebagainya. Dapat seorang guru memilih atau membuat konsekwensi substitusi dari perbuatan yang dilakukan anak didik. Jika anak didik tidak diberikan atau tidak dikenalkan pada konsekwensi seperti itu maka anak tidak akan pernah tahu atau mengerti mana perbuatan baik dan benar dilakukan dan mana perbuatan yang salah yang seharusnya tidak dilakukan. Kalau keadaan tanpa konsekwensi ini berulang-ulang terjadi bukan saja anak didik tidak disiplin tetapi akan sulit mendidiknya untuk mengerti nilai-nilai dan norma yang ada dilingkungan kehidupannya.

Baca Selengkapnya..

24 November, 2007

Permasalahan Program Pembelajaran Akselerasi

Pernah dengar program akselerasi? Program pelajaran untuk mempercepat anak yang mempunyai daya tangkap yang lebih dalam belajar. Program ini kemudian mendapat respon yang positif bagi orang tua yang mengiginkan anaknya lebih cepat pintar. Tetapi belakangan mendapat dampak yang sedikit mengkhawatirkan.
Program akselerasi pelajaran adalah percepatan pelajaran bagi peserta didik yang cerdas. Yang melampaui usianya. Misalnya seharusnya seorang peserta didik mendapatkan pelajaran di usia yang lebih tua tetapi dengan kecerdasannya yang melalui ujian tertentu dan proses pendidikan akselerasi dianggap mampu menyelesaikan pelajaran yang harusnya diberikan pada anak beberapa tahun lebih tua dari padanya. Contohnya anak kelas tiga SD setelah melalui program akselerasi anak tersebut mungkin memenuhi syarat untuk diberikan pelajaran kelas lima atau kelas enam SD. Menurut para Ahli (Hawadi, Reni Akbar, DR—2004.)
“Pengertian acceleration diberikan oleh Pressey (1949) suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional.”

Program akselerasi mungkin secara tidak sadar telah dilakukan oleh para ibu dan hampir setiap orang tua sekarang dalam mendidik anak. Contoh dulu orang mengajari anaknya berjalan dengan cara menatahnya. Tetapi sekarang orang membelikan anaknya kereta bayi (baby walker) untuk mengajari anaknya berjalan. Setiap kali ibunya ingin tidak diganggu oleh anaknya maka ia letakkan diatas kereta bayi tersebut. Tentu saja misalkan bayinya hanya baru bisa duduk langsung belajar berjalan lebih cepat. Proses ini memangkas proses belajar anak yang seharusnya dari duduk, belajar merangkak, berdiri, kemudian baru belajar berjalan.
Hilangnya proses merangkak dalam kurikulum pelajaran bayi yang seharusnya diberikan, mengakibatkan anak tidak pernah mendapatkan latihan merangkak yang cukup yang berguna untuk melatih konsentrasi anak. Akibatnya anak ketika ia usia sekolah sukar berkonsentrasi dalam belajar dan lebih cendrung lasak (Hyperactive). Itulah sebabnya wajar jika banyak guru anak usia TK dan SD mengeluhkan banyak anak muridnya sekarang susah diatur dan lebih lasak.
Contoh lain adalah dahulu ketika saya masih kecil baru ketemu sepeda ketika berusia kira-kira sepuluh tahun. Ketika itu saya baru mulai belajar naik sepeda. Setahun kemudian saya sudah naik sepeda keliling sampai kerumah tetangga naik sepeda. Ketika saya disekolah menengan Pertama (SMP) saya pakai sepeda ke sekolah. Ratalah seluruh kota sudah saya jelajahi. Hingga kadang sampai keluar kota pakai sepeda. Maklum kota tempat saya tinggal dulunya kota kecil. Saya belajar naik sepeda motor ketika saya kelas 3 SMP dan awal Sekolah Menengah Atas (SMA). Tetapi saya tidak memaki sepeda motor ketika SMA karena masih takut belum percaya diri benar. Lagi pula belum perlulah memakai sepeda motor untuk usia saya yang masih remaja ketika itu. Keperluan ketika itu untu pakai sepeda motor paling -- seperti teman-teman -- hanya buat gaya-gaya saja.
Sepeda dengan roda bantu, untuk belajar
Sekarang orang mengajarkan anak naik sepeda, dengan membelikannya sepeda kecil, yang ada dua roda bantu di belakangnya, pada usia Balita. Sehingga pada usia TK atau awal sekolah dasar anak sudah lancar naik sepeda. Akibatnya timbul tuntutan anak pada orang tua ketika usia anak kira-kira 8 atau 9 tahun untuk diajari naik sepeda motor. Bahkan sekarang anak SD sudah ada orang tuanya mengizinkan memakai sepeda motor ke sekolah, -- dan juga sekolah yang tidak mengerti akan akibatnya, -- membiarkan anaknya memakai sepeda motor ke sekolah. Kalau terjadi misalnya anak SD menabrak temannya di lingkungan sekolah dengan sepeda motor siapa yang salah? Siapa yang bertanggung-jawab dalam hal ini? Itulah sebabnya sekarang banyak anak usia SMP dan dikeluhkan oleh banyak orang, melakukan aksi kebut-kebutan dijalan setelah pulang sekolah. Padahal usianya, bukankah belum layak dan belum pantas untuk mengendarai sepeda motor? Sekarang mereka membentuk Geng Motor yang lebih banyak membuat kekacauan dari pada tindakkan positif. Salah siapa??!
  1. Hawadi, Reni Akbar, DR.2004. “Program Percepatan Belajar bagi Anak Berbakat Intelektual Ditinjau dari Sisi Psikologis”, Akselerasi, A-Z Informasi Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo: Halaman 31.


Baca Selengkapnya..