Translate

Memaparkan catatan dengan label Psikologi. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Psikologi. Papar semua catatan

30 November, 2009

Sakit hati kalau tak terlupakan....


Sakit hati memang pernah dialami setiap orang, tetapi pernahkah kamu sakit hati pada seseorang tetapi tidak terlupakan? Sakit hati yang pernah saya alami sulit melupakan, walaupun saya sudah sadar untuk tidak berlarut-larut merasa sakit hati tetapi tidak bisa dilupakan. Ketika itu saya jadi teringat seorang teman yang menulis di Dinding Facebooknya bahwa jika sakit hati cukup rasa sakit itu kita tulis dipasir, sehingga dapat dibawa angin lalu dapat terhapus, Kalau kebaikan seseorang kita tulis dibatu agar kekal abadi dan tidak terlupakan. Saya cepat sadar, tetapi ternyata menghilangkan rasa sakit hati ini tidak mudah. Sakit hati pada orang-orang tertentu tidak mudah dapat terlupakan, kecuali orang tersebut bersifat asertif dan

tidak mudah tersinggung setiap serangan yang menghujatnya tidak dimasukkan dalam hati.

Jika anda salah satu orang yang sulit melupakan rasa kesal dan sakit hati, setelah anda telah berusaha menghilangksn atau melupakannya, boleh jadi itu bukan masalah psikologis tetapi lebih cendrung psikis. Artinya ketika seseorang merasa tersinggung, ada zat-zat yang dihasilkan oleh fa'aly, fisiologi seperti zat asam lambung yang keluar ketika kita merasa mendongkol.

Coba tips berikut untuk menghilangkan rasa tersinggung anda,
  1. Coba hilangkan rasa stres anda dengan tenang, rileks, berwuduk bagi orang muslim sangat di anjurkan, karena dengan tenang, bebas dari stress anda sedit lebih dapat mengendalikan emosi anda
  2. Isi perut anda dengan makanan jika mungkin perut anda sedang kosong sehingga rasa mendongkol memicu asam lambung, atau mungkin sudah waktunya makan perlu makan lebih dulu.


Setelah makan, apalagi melakukan sholat bagi yang muslim mungkin rasa tersinggung anda akan segera mudah terlupakan kecuali anda tidak ada niat untuk melupakan, atau anda sulit menentukan posisi, dan ingin memutuskan tindakan apa yang harus diambil dalam rangka membalas sakit hati yang anda terima.



Baca Selengkapnya..

12 Mac, 2009

Techno Centrist


Hari ini, saya pergi ke Bank untuk menyetor uang tetapi jaringan sedang off line, sehingga menurut petugas Bank yang menginformasikan pada saya tidak dapa melakukan setoran. Makin canggih Bank kok makin sulit ya. Masak Cuma setoran saja tidak bisa hanya karena off line tidak bisa melakukan setoran!? Dulu belum ada komputer, belum ada jaringan internet, bank dapat berjalan dengan mudahnya. Kini ternyata ketiadaan internet jadi halangan. Padahal kan kalau off line komputer masih hidup, jaringan komputer lokal (LAN) dapat bekerja dengan baik, kenapa setoran tidak bisa. Inilah penyakit yang sedang diidap oleh bangsa Indonesia. Penyakit ini namanya Techno Centrist, (Tekno Sentris) yaitu hanya terpaku pada teknologi, tergantung pada teknologi. Gejala yang dapat dilihat dari penyakit ini adalah jika seorang kalut kalau jaring telepon selularnya mati.

Dalam stadium awal dapat dilihat jika seorang mengeluh terus menerus karena listrik dirumahnya mati atau sering mati. Penyakit menggejala sampai rumah tangga. Kalau Listrik mati ibu-ibu rumah tangga mengumpul disalah satu beranda depan rumah tetangganya, ngerumpi. Karena hanya itu yang kegiatan yang dapat dilakukan jika listrik mati sehingga ibu-ibu selalu mengeluh karena rumahnya panas, rumahnya gelap walaupun siang hari, rumahnya tidak ada air untuk sekedar cuci tangan karena sumur cincinnya ditutup dan digantikan dengan pipa dan pompa lisrik atau sumur bor dan pompa listrik, tidak bisa masak nasi karena rice cooker membutuhkan listrik meskipun gas atau minyak tanah ada tidak bisa juga masak nasi. Dan keluhan-keluhan yang serupa karena disebabkan listrik mati. Itulah gejala Tekno Sentris
Pada perusahaan yang profesional atau sekelas internasional mereka dapat mensikapi kemajuan teknologi dengan baik. Teknologi baru dan canggih dipakai tetapi tidak meninggalkan teknologi yang sebelumnya. Jika Teknologi Digital dan Komputer tidak dapat digunakan, maka beralih ke teknologi yang dibawahnya misalnya dengan mesin otomatis. Jika mesin otomatis tidak dapat digunakan maka pakai yang semi otomatis. Jika yang semi otomatis tidak dapat digunakan maka pakai prosedur semi manual. Jika semi manual tidak juga dapat dipakai maka dilakukan secara manual dan seterusnya.
Bangsa Indonesia harus sadar akan penyakit ini ada menghinggapi tubuh kita. Maka kita harus belajar membuangnya. Karena betapa tidak Efisiennya jika sesuatu yang sebenarnya masih dapat dilakukan dengan teknologi yang kurang canggih, tetapi karena Tekno sentris bertahan menunggu teknologi canggih siap digunakan.
Teknologi komputer canggih sayang orangnya tidak canggih. Sehingga Komputer canggih hanya dapat rusak ketika sering digunakan hal-hal yang sepele. Lap Top kepala sekolah saya dulu dikeluhkan sering bergerak lambat sekali sehingga untuk loading windows saja dapat memakan waktu 2 jam sampai 3 jam. Padahal spesifikasinya pentium II akhir, Hard Disk 4 Gb. Pasalnya ternyata, agar tidak merasa ketinggalan zaman setiap program baru yang didapat selalu di Instal di Lap Topnya tetapi tidak pernah di Uninstall. Akibatnya Hardisk penuh dengan berbagai macam program yang dia sendiri bingung dan jarang menggunakannya. Ini masalah kebiasaan buruk yang yang sering terjadi. Membuka banyak program ketika bekerja di komputer, dapat menyebabkan pemakaian memori yang terlalu besar pada penggunaan yang kurang bermanfaat, dapat menyebabkan komputer crash, Hang dan sebagainya yang berbuntut pada kerusakan memori.
Dulu saya pernah menjadi guru pelatih kepanduan bagi anak-anak SD. Orang banyak heran, termasuk kepala sekolah waktu itu, karena Kepanduan mengajarkan hal-hal yang tidak canggih. Kepala sekolah bertanya kepada saya, kenapa mengajarkan pada anak-anak (kepanduan) mau repot-repot memasak dengan kayu api padahal kompor gas yang mobile sudah ada yang dapat dimasukkan kedalam tas Ransel (Back Pack). Disinilah kepanduan banyak menerima kritik apa memang perlu diajarkan pada anak-anak sekarang dengan kemajuan zaman sudah canggih. Memasak nasi sudah pakai rice cooker, cuci sudah ada mesin cuci. Di Kepanduan saya bukan tidak mengajarkan hal yang canggih-canggih seperti saya sudah memperkenalkan GPS (Global Possition Satellite) dan cara penggunaanya, selain saya juga mengajarkan cara penggunaan kompas manual dan pembuatan peta pita dan peta buta.
Dalam keadaan bencana alam listrik tiada, telepon selular terputus, orang yang selalu dimanjakan dengan teknologi lebih cendrung panik, dan stress karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan tidak terbiasa dengan keadaan tanpa teknologi.
Walau namanya sekolah modren, memang anak-anak diajarkan carap menggunakan komputer sejak kelas 1 Sekolah dasar, tetapi anak tersebut harus juga dibekali ilmu-ilmu dasar seperti memasak nasi dengan cara manual, membuat tenda darurat, komunikasi degan peluit dan bendera, menggunkan kompas sederhana dan lain sebagainya jadi tidak tekno sentris. Walau kepala sekolah waktu itu melarang: “jangan mengajarkan anak-anak repot-repot, sekarang zaman teknologi apa saja yang bisa diteknologikan, teknologikan“ katanya. Bukan saya tidak mengerti maksud kepala sekolah tersebut, dan bukan pula saya tidak mengerti teknologi, bahkan sangat mengerti, tetapi saya tidak sependapat dengan zaman sekarang tidak perlu lagi diajarkan hal-hal yang sederhana tanpa teknologi tersebut. Anak-anak menurut pendapat saya perlu diajarkan life skill yang sederhana, tidak tergantung pada teknologi.

Baca Selengkapnya..

30 April, 2008

Penguasaan Kelas Tanpa Marah-marah


Menjadi guru memang tidak mudah, perlu pengalaman dan kepribadian yang mendukung untuk menjadi guru yang matang selain juga penguasaan berbagai ilmu psikologi pendidikan praktis untuk mengelola kelas yang baik dan tenang. Ada tips atau saran yang perlu diperhatikan bagi seorang guru, yang kesulitan dalam menguasai kelas, mengatasi anak-anak murid yang selalu ribut, bermain, tidak perhatian dalam belajar dan sebagainya. Hal-hal tersebut disebabkan oleh beberapa kesalahan yang baik sengaja ataupun tidak, dilakukan oleh seorang guru di depan kelas.
  1. Kondisi kelas yang tidak mendukung
  2. Kelas yang lepas kendali
  3. Perbuatan jelek tanpa konsekwensi


Kondisi Kelas yang tidak mendukung

Kondisi kelas yang tidak mendukung, meja berantakan, murid yang belum siap untuk belajar, keasyikan bermain atau bawa mainan atau bermain dalam kelas dan sebagainya yang semua itu akan mengganggu atau bahkan menggagalkan proses belajar dikelas.
Pada dasarnya setiap kelas tidak siap untuk belajar. Gurulah yang seharusnya mempersiapkan, mengkondisikan kelas agar siap untuk belajar. Saya mengenal seorang guru SD teman sesama mengajar, ia masuk kelas 3, sudah siap untuk materi yang akan diajarkan yaitu bahasa Indonesia untuk kelas 3 SD. Tetapi murid tidak siap, mereka asyik bermain karena baru selesai istirahat tetapi bel tanda masuk sudah berbunyi, anak-anak tersebut masih merasa jam istirahat. Ia segera memerintahkan agar anak-anak tenang, mereka tidak mau tenang. Perintahnya ia ulang sampai tiga kali tidak juga tenang. Ia ambil spidol menulis di papan tulis besar-besar "HARAP TENANG" dengan harapan murid-murid mengerti bahwa ia sedang marah dan murid segera tenang memulai pelajaran. Sampai akhirnya ia putus asa anak-anak tidak juga tenang ia memulai pelajaran dengan keadaan kelas yang ribut, anak-anak asyik cerita sana-sini tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran. Sampai waktu pelajaran hampir habis anak tidak juga tenang ia pun melepaskan tanggung jawabnya dengan duduk menenangkan diri di kantor majelis guru. Akhirnya anak-anak kelasnya timbul perkelahian ketahuan oleh kepala sekolah yang disalahkan adalah guru yang mengajar jam berikutnya. Ada juga teman saya yang tegas pada anak. Ia guru Bahasa Inggris. Setiap kali ia masuk kelas ia tidak langsung duduk di meja guru, tetapi berkeliling kelas menegur setiap anak yang asyik cerita, bermain, mengingatkan bahwa jam pelajaran sudah masuk dan tidak boleh ada yang bermain atau bercerita sesama teman. Bahkan ia mengambil permainan yang dimainkan anak-anak di dalam kelas. Anak-anak untuk sementara ketakutan permainannya diambil segera menyimpan mainannya kedalam tas. Ketika itu pula guru tersebut memerintahkan untuk mengeluarkan buku pelajaran bahasa inggris, dan anak-anak segera mematuhinya. Guru bahasa Inggris ini menguasai kelas dengan baik. Ia dapat dengan tenang mengajar dan konsentrasi muridpun dapat terkondisikan lebih baik untuk belajar. Demikianlah pentingnya mengkondisikan kelas. Gurulah yang mengkondisikan kelas agar tenang dan siap untuk belajar. Bukan guru menunggu agar murid tenang dan siap untuk belajar.

Kelas yang lepas Kendali

Kelas perlu kendali dari guru. Gurulah yang pegang kendali agar kelas senantiasa tetap tenang dan kondisi terfokus untuk belajar. Setiap murid selalu mencari celah kelonggaran dari seorang guru agar ia dapat bermain dan bebas berbuat sekehendak hatinya. Bahkan murid sekarang kreatif menciptakan celah kelonggaran kendali guru di kelas. Jangan salahkan murid tetapi gurulah yang senantiasa memegang kendali. Contoh guru bahasa Indonesia teman saya diatas adalah contoh guru yang tidak pernah memegang kendali kelas. Ia biarkan saja murid-murid ribut di kelas. Mengendalikan kelas dengan cara marah-marah, membentak murid, Berteriak-teriak menimbulkan ketegangan dan ketakutan yang tidak baik untuk suasana belajar. Inilah yang perlu di tanamkan dan diajarkan pada murid-murid bahwa setiap perbuatan ada konsekwensinya jadi ia akan mengerti dan berbuat yang lebih baik dan selalu memilih perbuatan yang baik untuk mendapatkan konsekwensi yang baik dari perbuatannya.

Perbuatan jelek tanpa konsekwensi

Konsekwensi adalah akibat dari perbuatan yang ia perbuat. Bisa hukuman bagi yang melakukan pelanggaran peraturan kelas, seperti berdiri di salah satu tempat dikelas yang terpisah dari kawan-kawanya dan sebagainya. Ada banyak konsekwensi yang perlu diterapkan pada anak didik agar mereka mengerti perbuatan baik dan mengerti jika ia melakukan perbuatan salah dapat konsekwensi hukuman dari guru. Konsekwensi ada konsekwensi logis, konsekwensi alam, kosekwensi substitusi dan lain sebagainya. Dapat seorang guru memilih atau membuat konsekwensi substitusi dari perbuatan yang dilakukan anak didik. Jika anak didik tidak diberikan atau tidak dikenalkan pada konsekwensi seperti itu maka anak tidak akan pernah tahu atau mengerti mana perbuatan baik dan benar dilakukan dan mana perbuatan yang salah yang seharusnya tidak dilakukan. Kalau keadaan tanpa konsekwensi ini berulang-ulang terjadi bukan saja anak didik tidak disiplin tetapi akan sulit mendidiknya untuk mengerti nilai-nilai dan norma yang ada dilingkungan kehidupannya.

Baca Selengkapnya..

24 November, 2007

Permasalahan Program Pembelajaran Akselerasi

Pernah dengar program akselerasi? Program pelajaran untuk mempercepat anak yang mempunyai daya tangkap yang lebih dalam belajar. Program ini kemudian mendapat respon yang positif bagi orang tua yang mengiginkan anaknya lebih cepat pintar. Tetapi belakangan mendapat dampak yang sedikit mengkhawatirkan.
Program akselerasi pelajaran adalah percepatan pelajaran bagi peserta didik yang cerdas. Yang melampaui usianya. Misalnya seharusnya seorang peserta didik mendapatkan pelajaran di usia yang lebih tua tetapi dengan kecerdasannya yang melalui ujian tertentu dan proses pendidikan akselerasi dianggap mampu menyelesaikan pelajaran yang harusnya diberikan pada anak beberapa tahun lebih tua dari padanya. Contohnya anak kelas tiga SD setelah melalui program akselerasi anak tersebut mungkin memenuhi syarat untuk diberikan pelajaran kelas lima atau kelas enam SD. Menurut para Ahli (Hawadi, Reni Akbar, DR—2004.)
“Pengertian acceleration diberikan oleh Pressey (1949) suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional.”

Program akselerasi mungkin secara tidak sadar telah dilakukan oleh para ibu dan hampir setiap orang tua sekarang dalam mendidik anak. Contoh dulu orang mengajari anaknya berjalan dengan cara menatahnya. Tetapi sekarang orang membelikan anaknya kereta bayi (baby walker) untuk mengajari anaknya berjalan. Setiap kali ibunya ingin tidak diganggu oleh anaknya maka ia letakkan diatas kereta bayi tersebut. Tentu saja misalkan bayinya hanya baru bisa duduk langsung belajar berjalan lebih cepat. Proses ini memangkas proses belajar anak yang seharusnya dari duduk, belajar merangkak, berdiri, kemudian baru belajar berjalan.
Hilangnya proses merangkak dalam kurikulum pelajaran bayi yang seharusnya diberikan, mengakibatkan anak tidak pernah mendapatkan latihan merangkak yang cukup yang berguna untuk melatih konsentrasi anak. Akibatnya anak ketika ia usia sekolah sukar berkonsentrasi dalam belajar dan lebih cendrung lasak (Hyperactive). Itulah sebabnya wajar jika banyak guru anak usia TK dan SD mengeluhkan banyak anak muridnya sekarang susah diatur dan lebih lasak.
Contoh lain adalah dahulu ketika saya masih kecil baru ketemu sepeda ketika berusia kira-kira sepuluh tahun. Ketika itu saya baru mulai belajar naik sepeda. Setahun kemudian saya sudah naik sepeda keliling sampai kerumah tetangga naik sepeda. Ketika saya disekolah menengan Pertama (SMP) saya pakai sepeda ke sekolah. Ratalah seluruh kota sudah saya jelajahi. Hingga kadang sampai keluar kota pakai sepeda. Maklum kota tempat saya tinggal dulunya kota kecil. Saya belajar naik sepeda motor ketika saya kelas 3 SMP dan awal Sekolah Menengah Atas (SMA). Tetapi saya tidak memaki sepeda motor ketika SMA karena masih takut belum percaya diri benar. Lagi pula belum perlulah memakai sepeda motor untuk usia saya yang masih remaja ketika itu. Keperluan ketika itu untu pakai sepeda motor paling -- seperti teman-teman -- hanya buat gaya-gaya saja.
Sepeda dengan roda bantu, untuk belajar
Sekarang orang mengajarkan anak naik sepeda, dengan membelikannya sepeda kecil, yang ada dua roda bantu di belakangnya, pada usia Balita. Sehingga pada usia TK atau awal sekolah dasar anak sudah lancar naik sepeda. Akibatnya timbul tuntutan anak pada orang tua ketika usia anak kira-kira 8 atau 9 tahun untuk diajari naik sepeda motor. Bahkan sekarang anak SD sudah ada orang tuanya mengizinkan memakai sepeda motor ke sekolah, -- dan juga sekolah yang tidak mengerti akan akibatnya, -- membiarkan anaknya memakai sepeda motor ke sekolah. Kalau terjadi misalnya anak SD menabrak temannya di lingkungan sekolah dengan sepeda motor siapa yang salah? Siapa yang bertanggung-jawab dalam hal ini? Itulah sebabnya sekarang banyak anak usia SMP dan dikeluhkan oleh banyak orang, melakukan aksi kebut-kebutan dijalan setelah pulang sekolah. Padahal usianya, bukankah belum layak dan belum pantas untuk mengendarai sepeda motor? Sekarang mereka membentuk Geng Motor yang lebih banyak membuat kekacauan dari pada tindakkan positif. Salah siapa??!
  1. Hawadi, Reni Akbar, DR.2004. “Program Percepatan Belajar bagi Anak Berbakat Intelektual Ditinjau dari Sisi Psikologis”, Akselerasi, A-Z Informasi Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo: Halaman 31.


Baca Selengkapnya..

29 Mac, 2007

Pengalaman sebagai Guru

Kita sebagai guru kelihatannya harus setiap saat mengawasi murid. Jangan sampai sedetikpun lepas dari pengawasan kita sebagai guru. Sampai sebatas mana pengawasan yang diperlukan dan penwasan yang terlalu kaku? Sebatas hal yang kita awasi dapat memberikan mereka latihan untuk melakukan hal baik. Tetapi ini harus ada target hingga anak didik kira-kira mampu berdiri sendiri untuk melakukan hal yang baik tanpa pengawasan dari kita para guru. Karena kita tidak mungkin melakukan pengawasan ini terus menerus tanpa batas. Kita inginkan perubahan. Berikan mereka pengawawan yang sedikit longgar untuk melihat feed back dari apa yang telah mereka dapatkan dari beberapa kali latihan yang telah kita berikan. Jika mereka melanggar aturan maka beri mereka hukuman sebagai pelajaran atas konsekwensi dari pelanggaran dari aturan yang kita telah kita tetapka sebelumnya. Hukuman yang diberikan menyadarinya telah melakukan kesalahan dan sebagai pelajaran baginya untuk jangan sekali-kali melakukan kesalahan. Lakukan hal tersebut berulang-ulang tanpa batas. Pengawasan ketat, sedikit longgar kemudian hukuman bagi yang melanggar. Kemudian pengawasan yang tidak begitu ketat, kemudian hukuman lagi bagi yang melanggar. Terus hal ini berulang-ulang sampai mereka benar-benar dapat di percaya untuk tidak melanggar aturan.

Apakah pengawasan ini benar-benar diperlukan? Ya! Karena anak didik belum tahu mana yang sebaiknya dilakukan kitalah sebagai guru yang lebih dewasa untuk mengawasi mereka. Banyak yang dilakukan peserta didik yang dilanggar. Mengapa dilarang? Bukankah pelarangan itu membunuh inisiatif siswa untuk kreatif? Ya ,benar! Tetapi pelarangan ini perlu dilakukan karena:

  1. karena anak didik tidak tahu akan akibat dari yang ia lakukan.
  2. karena mungkin anak melakukan yang berbahaya dilakukan.

Kita melarang anak didik karena:

  1. perbuatannya mengganggu orang lain.
  2. Atau karena ia melakukan hal yang dapat berakibat buruk atau membahaya dirinya sendiri atau orang lain.

Selain karena dua hal tersebut anak didik bebas melakukan apa saja. Karena setiap anak pasti berkembang. Dan perkembangannya mencakup pengetahuan (Kognitif), Skill (Psikomotor) dan Perasaan (Afektif). Nah itulah pendidikan. Sampai beramin anak itupun pendidikan baginya. Karena dalam bermain anak berkembang mencakup tiga aspek pendidikan tersebut. Lihatlah sebabnya, mengapa kita melarang anak meribut dikelas? Karena ribut itu mengganggu orang lain temannya yang sedang ingin belajar serius. Mengapa kita harus melarang anak-anak berlarian? Karena tentunya selain mengganggu temannya yang sedang belajar, berlarian juga dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.

Baca Selengkapnya..

24 Mac, 2007

Tipe-tipe manusia

Tipe Anak Raja

Anak raja, atau anak mami, atau anak babe. Manja berlebihan baik pada diri sendiri maupun orang lain. Tipe seperti ini amat sangat memanjakan diri sendiri kadang berlebihan proteksi. Orang seperti ini dapat terlihat dengan ciri-ciri selalu bawa sapu tangan disakunya dan menyeka keringat walau tidak berkeringat. Membawa handuk kecil yang selalu digantung dileher. Walau sebenarnya ia bukan orang pekerja berat atau olahragawan. Kalau duduk selalu dialas dengan sesuatu jika kurang empuk alas dengan kain atau bantal, dialas dengan koran supaya tidak kotor dan sebagainya. Orang seperti ini selalu tampak bersih dan rapi. Tetapi selalu banyak tuntutan dan keluhan. Selalu ada saja kekurangan. Sangat menjaga badan dari kotoran, penyakit, dan lain sebagainya. Dirumah selalu mengenakan sandal. Walau dirumahnya tidak kotor dan kaki tidak pula bersih. Seandainya dibolehkan di dalam Masjid pun ia pakai sandal. Orang seperti ini biasanya sangat tergantung dengan orang lain. Orang seperti ini kayak siapa yaa… lihat sendirilah.

Tipe Sang Penakluk

Orang seperti ini sangat senang melihat orang menderita karenanya. Sangat sadis dan kejam. Mungkin sakit jiwa kali. Dalam tahapan akut bisa disebut Paranoid. Sang Penakluk Paranoid dalam tahapan rendah atau kadarnya lemah. Orang seperti ini dapat dilihat dengan ciri-ciri seperti selalu marah-marah pada pelayan restoran. Perintahnya pada pelayan membuat pelayan pontang-panting melayaninya, hal itulah yang membuatnya senang. Sangat berkuasa dengan bawahan dan orang rendahan. Pada pelayan loket yang selalu ia bentak-bentak, supaya pelayan itu super sibuk melayaninya. Salah sedikit di besar-besarkan. Yang tidak ada salah dicari-cari kesalahannya. Kalau perlu dijebak ia untuk membuat kesalahan. Betapa kejamnya! Hanya demi memuaskan penaklukkannya. Adakah orang seperti ini? Ada saja kalau pimpinan anda haus kekuasaan nah mungkin dialah tipe orangnya. Hehehe…

Tipe Jongos

Jongos adalah Babu, Pembantu, mungkin juga budak, hamba sahaya atau yang sejenisnya. Orang seperti ini kebalikan dari sang penakluk. Jika penakluk senang memperbudak orang lain maka Jongos sangat menghina diri melayani orang suatu keharusan dan takdir. Orang seperti ini adalah makanan empuk tipe penakluk. Orang seperti ini selalu dimanfaatkan orang lain. Mau disuruh kerja walau tanpa gaji atau imbalan apapun. Tanpa pamrih? Bukan. Balasan Penghinaan orang lainpun ia terima sebagai suatu kewajaran. Orang jahat yang memanfaatkannya menyebut tipe jongos ini orang tolol. Dan memanfaatkannya suatu kecerdikan. Orang yang bertipe seperti ini sadar ia disakiti, tetapi tidak tahu mesti berbuat apa. Membalas, boro-boro terpikirpun olehnya tidak pernah. Ia sangat sadar akan dirinya tidak berdaya. Mungkin ia berpotensi merubah nasibnya tetapi cap pikirannya yang membuat ia lemah tak berdaya sehingga menjadi santapan lezat terus bagi sang penakluk. Menyedihkan memang. Memangnya ada orang yang tipe seperti ini? Ya ada, …. Sayalah contohnya. Suka baik dan menolong orang tanpa imbalan. Sering kerja sukarela di sebuah organisasi sosial tetapi tidak pernah dipromosikan orang untuk jabatan yang lebih tinggi. Hehehe

Baca Selengkapnya..