Pemilihan umum baru saja usai banyak kesan yang terungkap ketika pemilu berlangsung. Mulai dari masa kampanye yang hanya mengumpulkan masa pada lapangan dari pada orasi politik, Politik uang, yang melakukan serangan fajar dan sebagainya, Yang semua ini mencerminkan ketidak dewasaan atau boleh dibilang kebobrokan politik dan demokrasi kita kalau tidak bobroknya sistem demokrasi itu sendiri.
Masyarakat lebih senang dengan politik uang, memang tidak idealisme, hanya memikirkan kepentingan sesaat, tetapi lebih baik kepentingan sesaat dari pada tidak sama sekali. Soalnya pemilihan legislatif kita selalu saja hanya dipilih melalui pemilu saja. Asal sudah terpilih ya sudah.
Persetan dengan janji-janji, masa bodoh dengan kepentingan masyarakat dan tidak peduli lagi dengan pelaksanaan tugas sesuai dengan tuntutan jabatan sebagai wakil rakyat. Makanya biarlah terima uang sekali atau terima sembako sekali dari pada memilih yang ideal kemudian tidak peduli lagi akan nasib rakyat yang memilihnya, ya tidak dapat apa-apa, ya khan.
Makanya boleh dikatakan bahwa Demokrasi Indonesia dan mungkin sistem politik di Indonesia masih jauh panggang dari api, atau dengan kata lain tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kalau menurut saya sebaiknya pemilihan legislatif tidak dipilih secara langsung oleh rakyat, sehingga calon legislatif tidak perlu lagi mengobral janji, tidak perlu lagi bagi-bagi sembako sembelum pemilihan untuk mempengaruhi rakyat agar memilihnya. Biarkan partai yang memilih. Kenapa lagi harus rakyat yang menentukan, karena rakyat tidak siap, calon legislatif tidak siap, untuk bersaing dengan jujur dan adil. Sistem demokrasi memang seperti itu, apa-apa harus rakyat. Padahal rakyat sebenarnya untuk memikir kehidupan saja sulit apa lagi harus memikirkan politik. Mereka memikir paling bagaimana mereka dapat hidup aman, sejahtera, bahagia cukup. Tidak peduli siapa presidennya, siapa anggota dewannya asal aman sejahtera bahagia sudah selesai.
Rakyat Indonesia khan sudah lebih hebat dari rakyat Amerika. Karena satu dua orang baru rakyat Amerika yang memikirkan bagaimana hidup dibulan. Sedangkan sebagian besar rakyat Indonesia memikirkan bagaimana hidup dari bulan ke bulan.
Oleh sebab itu money politic dapat tumbuh menjamur, bak jamur di musim hujan, di Indonesia.
Belum lagi, banyak kepentingan kekuasaan di Indonesia yang mementingkan mempertahankan kekuasaanya Status Quo dengan berbagai cara untuk melanggengkan kekuasaanya. Tidak terdaftar di DPT baik sengaja atau tidak, merupakan kesalahan yang mencurigakan ada unsur mempertahankan kekuasaan bagi pemerintah yang berkuasa atau kalau tidak dapat dikatakan demikian adalah ketidak-siapan mekanisme politik Indonesia (KPU).
Mungkin kita harus mulai sekarang memikirkan Masalah Pembangunan Politik Indonesia selain memikirkan pembangunan Fisik Indonesia. Tidak mesti demokrasi, karena demokrasi telah terbukti tidak ada hubungannya dengan kemajuan suatu bangsa. Buktinya Indonesia memakai demokrasi penuh sejak awal malah bangsanya tidak maju-maju sampai sekarang. Zaman Orde Baru Indonesia tidak demokrasi sepenuhnya. Pemerintahan dilaksanakan secara Otoriter. Secara Ekonomi Indonesia maju, walau akhir-akhir jadi korupsi karena tidak mampu menahan keluarganya untuk tidak memanfaatkan uang Negara. Tapi sudah cukup bukti bahwa dulu Indonesia sudah pernah maju dan kemajuan itu dilaksanakan tanpa Demokrasi. Demokrasi zaman itu hanya jadi legitimasi untuk melanggengkan kekuasaannya.
Kalau mau maju Indonesia harus bangkit secara ekonomi dengan tangan dan upaya kita sendiri. Tidak dengan Utang luar negri yang memberatkan bangsa. Tidak dengan campur tangan Asing yang terbukti banyak menyedot sumberdaya alam tetapi tidak banyak memberikan keuntungan yang nyata. Walau sumber daya alam kita kaya. Kalau kita tidak dapat mengelola lebih baik disimpan dari pada dimanfaatkan pihak Asing yang merugikan bangsa sendiri. Contohnya Free Port di Papua, katanya tambang tembaga tetapi emas, nikel, dan bahan-bahan tambang beharga lain ikut terangkut ke luar negri tanpa diperhitungkan sebagaimana harganya. Contoh lagi tambang minyak di Riau, meteran barelnya ada di Singapura. Berapa hasil ekspor minyak kita hanya diketahui oleh Singapura dan Amerika. Indonesia? Tidak tahu, kalau tidak diberitahu orang AS atau Singapura. Indonesia sudah saatnya harus bangkit dengan tangan dan kaki sendiri, Biar kita lemah dan tidak begitu banyak punya keahlian kita mampu membuat yang kecil-kecil. Industri kecil membuat sepatu, membuat keranjang, membuat perhiasan perabot dan sebagainya. Kalau memang tidak mampu juga, pelatihan keahlian sederrhana tanpa melibatkan teknologi canggih, padat karya seperti itu sangat mudah diajarkan bagi rakyat Indonesia yang benar-benar serius dalam berusaha.
Banyak contoh bangsa yang maju berawal dari Industri kecil. Contohnya Cina. Cina maju dengan industri kecil, membuat peniti, membuat jarum, membuat mainan anak-anak dari kaleng dan plastik, membuat kipas kertas dan sebagainya.
Contoh lagi negara Jepang. Sekarang Industri besar di Jepang menguasi pasaran dunia dengan produk elektronik dan kendaraan serta alat berat. Sebelumnya Jepang juga berawal dari Industri kecil, seperti membuat kipas kertas, sepatu, sendal jepit, dan sebagainya. Kini kita lihat bangsa seperti Taiwan, juga mengikuti langkah mereka.
Indonesia kalau mau maju harus mempunyai basis ekonomi kerakyatan yang mapan. Terbebas dari hutang luar negri. Setiap rakyat Indonesia harus bisa berdiri sendiri. Dan negara harus membantu kearah itu. Negara harusnya mulai sekarang harus memperhatikan nasib rakyatnya. Kurangi pajak, negara harus memikirkan untuk mehapuskan pajak, kecuali pajak ekspor. Karena pembangunan seharusnya tidak dari hasil pajak, kalau dari pajak, lantas untuk apa negara menguasai bahan tambang dan bahan penting selain untuk hajat hidup orang banyak.
Selain itu rakyat jauga harus bersama-sama untuk memikirkan kepentingan bersama. Swadaya masyarakat harus dibiasakan. Seperti gotong royong pengadaan jalan, dengan swadaya masyarakat, pembentukan koperasi ekspor barang hasil Industri, dan Infra struktur negara tidak perlu menunggu dana dari pemerintah jika rakyat sudah mampu dan sejahtera.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan