Translate

04 Januari, 2009

Perjalanan Ke Sumatra Barat (2)


Di alahan panjang saya sampai dalam keadaan hujan. Maklum barangkali sedang musim hujan. Suhu udara menjadi dingin sekali. Air disini terasi dingin seperti air yang disimpan di kulkas. Dinginnya air memang sudah terasa ketika saya berada di Lubuk Bangku, dan Danau Singkarak. Nasi bungkus panas yang kami beli sekarang sudah dingin. Besi-besi jendela yang saya pegang di mobilpun terasa dingin. Ini akibat dinginnya suhu di alahan panjang. Hujan sudah berhenti ketika kami sampai tetapi digantikan dengan hembusan angin yang sedikit kencang sehingga baju-baju tebal dan jaket kami berkibar-kibar dan berusaha dipeluk sekuat mungkin menahan dinginnya angin yang berhembus. Nasi bungkus yang tadi kami beli cepat-cepat kami buka karena tidak tahan menahan perut yang sudah mulai keroncongan. Setelah makan siang dengan pemandangan danau atas kami pun berjalan-jalan, memotret, sayang saya tidak mampu memotret lagi karena batrai habis.
Sumatra Barat
Di sebelahnya terlihat danau bawah tempat saya dahulu pernah camping dipinggirannya. Tempat kami kunjungi ini ada beberapa kedai yang menjual makanan seperti mie instant rebus, yang tadinya sudah saya beli di ketika di Danau Singkarak. Kedai ini menjual serba-serbi Alahan Panjang selain Kedai nasi dan mie instant, seperti minuman botol, minuman kaleng, batrai, pena, didepannya terpajang bunga-bunga kering hasil kerajinan masyarakat setempat, bibit-bibit bunga hias, tanaman didalam pot seperti strawberry juga buah-buahan yang mungkin tumbuh di wilayah ini seperti terong belanda, Markisa dan lain sebagainya. Dulu ketika saya disini sebelas tahun yang lalu hanya markisa sebagai hasil hutan yang dapat saya lihat sebagai hasil wilayah ini selain sayur-mayur. Ketika hari telah beranjak sore, pukul 14:30 WIB kami tidak sadar hari telah sore karena suasana seperti pagi saja terus dan dingin, kamipun bersiap untuk berangkat. Mendekati pukul tiga siang kamipun bertolak dari alahan panjang menuju ke Padang.Sumatra Barat
Setelah jalan panjang berliku pukul 15:45 WIB kami mendekati padang. Melewati indarung PT Semen Padang. Tampak Pabrik semen dari jalan dan gerbang menuju pabrik yang terbuat dari pipa besar yang berbentuk tanduk kerbau, lambang PT Semen Padang dan suku Minang Kabau. Yang menarik bagi saya ketika memasuki Padang supir memutar Video Clip dari VCD Mobilnya, lagu tentang kekhawatiran seorang bersuku minang akan hilangnya budi bahasa orang minang, “Hilang lah minang tingga kabau” begitu bunyi syair lagunya. Menariknya adalah kekhawatiran itu berarti adat-istiadat minang kini sudah mulai dilupakan masyarakatnya, mungkin karena tidak pernah direvisi atau kalau perlu diamandemen, habis sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi.
.Sumatra Barat
Kira-kira pukul empat sore kami memasuki kota melalui bawah jembatan Siti Nurbaya. Terlihat kapal-kapal kayu dan perahu-perahu yang masuk melalui muaro. Kami berhenti di Pantai Padang. Saya bersama teman-teman mencari Masjid untuk sholat, menuju bangunan persegi dengan atap yang meninggi dan sedikit menjulang pada bagian tengahnya, yang akhirnya kami ketahui adalah sebuah Klenteng. Sayang tidak ada masjid dekat sini. Setelah bertanya ada seseorang menunjukkan depan WC ada tempat sholat. Kami menuju kesana ternyata hanya berupa sebuah tenda dari plastik dan kayu seadanya terus dibawanya berlantai tanah yang digelari tikar usang. Kami pun sholat jamak Zhuhur dan Ashar disana menghadap ke Laut. Setelah sholat saya mencari super market hendak membeli batrai alkalin ukuran AAA. Aneh dekat sini tidak ada Toko Kelontong, Toserba, atau super market. Yang terlihat hanya kedai-kedai makanan dan minuman.Sumatra Barat Saya khawatir meninggalkan mobil jauh dari rombongan kalau-kalau persinggahan ini hanya sebentar, saya putuskan untuk kembali lagi ke Pantai dekat mobil kami. Dapat kabar kami akan berada disini lama, sampai magrib. Saya bertanya pada penjual makanan: “Dimana super market terdekat dari sini?” Jawabannya adalah tidak ada yang dekat mesti pakai ojek, jauh. Setelah tahu saya kesana untuk beli batrai alkalin untuk kamera ia langsung menunjuk pohon besar yang ada di pinggir jalan kira-kira 100 meter dari situ ada toko jual peralatan photo. Saya menuju pohon besar yang di maksud. Dekat pantai ini banyak pohon-pohon besar sengaja tidak di tebang. Lain dengan Pekanbaru yang ada pohon besar sedikit alasan mengganggu kendaraan atau hendak melakukan pembangunan selalu ditebang. Sehingga di Pekanbaru pohonnya selalu kecil-kecil. Akhirnya di Toko Photo ada jual batrai alkalin yang saya cari. Saya bisa memotret lagi. Selain menjual Frame Phota, Film juga ada buku-buku tulis, pena, ballpoin, kata orang toko, ia menawarkan jika kehabisan pulsa dapat dibeli ditoko sebelahnya. Katanya lagi yang punya toko pulsa adiknya sendiri. Ombak Pantai Padang sedikit lebih besar dibanding saya pergi ke Padang tahun 2003. Karena mungkin sekarang musim angin dan ombak besar di samudra Indonesia dan Samudra India. Khawatir saja yang bawa anak kecil ke Pantai takut digulung ombak

Tiada ulasan:

Catat Ulasan