Terror bom yang terjadi di JW Marriot adalah terror bom yang kedua kalinya. Yang menjadi sesuatu yang mencengangkan adalah: kelihaian teroris dalam melakukan serangan tanpa diketahui, atau dapat dicegah. Sementara keamanan yang begitu ketat, dan pelaku utamanya Nordin M. Top masih dalam Buronan sampai beberapa tahun belum ditemui jejaknya.
Kelihaian Nordin M. Top dalam bersembunyi sementara juga melakukan serangan perlu diakui kehebatannya meskipun ia adalah teroris yang menghabiskan nyawa banyak orang.
Sebagai seorang teroris tentunya ia melakukan aksi tidak serampangan, sistematis, dan terorganisir. Kalau tidak tentunya gerakannya akan mudah dideteksi, ditemukan dan ditangkap.
Untuk menangkap teroris selihai Nordin M. Top, harus diingat, dan diperhatikan adalah bagaimana pola serangan yang dilakukan oleh Teroris. Serangan yang dilakukan Teroris kali ini adalah Hit and Run. Polisi harus dapat keluar dari permainan yang dibuat oleh teroris itu sendiri. Sudah biasa polisi selalu mengikuti jejak buronan. Jika buronan kecepatan geraknya lebih cepat atau sama dengan polisi, sudak dapat dipastikan buronan tidak akan pernah ditemukan, apalagi ditangkap. Masalahnya sudah dapat dipastikan gerakan polisi pasti lebih lambat dari gerakan teroris, karena setiap bertemu dengan jejak atau sisa aksi buronan perlu diselidik dulu, secara forensik dan sebagainya. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu sementara teroris sudah lari kemana-mana. Pemerikasaan secara forensik memang perlu dilakukan untuk mendapatkan petunjuk yang akurat tentang siapa pelakunya. Tetapi pengejaran harus lebih cepat dan perlu merubah strategi.
Kalau mau lebih hebat dari teroris polisi kita harus tiba lebih dahulu sebelum aksi dilakukan. Polisi harus menahan sebelum buronan melarikan diri.
Strategi Polisi Yang Salah
Kerja polisi kita adalah ketika terjadi aksi pemboman polisi berbondong-bondong mengamankan dan mencari pelaku pemboman disekitar tempat kejadian. Diselidiki, secara forensik, dan bertemu bukti berupa kepala manusia tanpa tubuh, dan diduga pelakunya adalah melakukan bom bunuh diri. Pelakunya sudah mati tidak perlu dikhawatirkan lagi. Lha ia lah,… orang yang sudah mati mana mungkin melakukan bom lagi, ya khan? Tetapi orang yang menyuruh melakukan bom bunuh diri tidak ditemukan. Tentunya orang tersebut sudah pergi dan sembunyi.
Kelihaian Teroris
Sebelum melakukan aksi tentunya teroris melakukan perencanaan yang matang. Karena jika tidak, kerjanya amburadul. Kerja yang amburadul akan membahayakan posisinya. Bukan seorang teroris namanya kalau kerjanya tidak terencana dengan matang dan amburadul ditengah jalan. Karena kegagalan suatu misi, bukan saja mengakibatkan tujuan tidak tercapai tetapi akan berakibat pula pada keamanan dirinya juga akan terancam.
Perencanaan dilakukan lebih mungkin dilakukan dikota yang sama, atau tidak seberapa jauh dari target aksi bom direncanakan. Sebab, kalau tidak, akan sulit sekali membayangkan medan yang akan menjadi titik serangan. Kecuali para teroris sudah hapal betul lokasi sasaran, seperti hotel JW Marriot yang sudah pernah melakukan serangan disana sebelumnya. Maka ada kemungkinan perencanaan dilakukan dikota lain yang berdekatan seperti Bandung dan Bogor atau wilayah sekitarnya di sekitar kota Jakarta.
Perencanaan ini dilakukan tentunya dengan sangat berhati-hati dan professional. Karena akan melakukan gerakan-gerakan mencari informasi tentang keamanan, situasi politik, peta sasaran pengeboman, situasi dan kondisi tempat sasaran pengeboman, dan tidak lupa siapa saja yang datang dan ada kejadian apa ketika pengeboman dilakukan [high impact].
Yang melakukan bom bunuh diri tentunya bukan Nordin M. Top secara langsung. Kalau memang dia yang melakukan habis perkara. Kedepan mungkin tidak ada lagi terror bom. Yang melakukan bom adalah orang yang dipercaya oleh Nordin atas kepastiannya melakukan aksi tersebut dengan benar. Kalau bertemu orang yang benar-benar dapat dipercaya dan diyakini mau melakukan aksinya dengan benar maka Nordin dapat pergi meninggalkan Jakarta, atau tidak berada di Jakarta pada saat aksi pemboman. Tetapi jika bertemu orang yang masih ada keraguan, maka agak sedikit susah karena harus mendampingi berada disekitar lokasi target sampai aksi benar-benar dilakukan dengan baik dan benar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan