Translate

22 Julai, 2009

Menangguk Hikmah di Air kering, Menuai mati lampu; Solusi hemat di masa krisis


Akhir-akhir ini listrik di Pekanbaru sering mati, krisis listrik katanya. Dengan matinya listrik apalagi di malam hari kita jadi dapat mengerti betapa bergunanya listrik ini bagi manusia dan kita sangat menghargai hasil temuan Thomas Alfa Edison ini. Malam hari orang-orang jadi sering keluar rumah, karena kepanasan didalam rumah dan ngobrol sesama tetangga dibawah sinaran bintang-bintang yang semakin jelas jika dilihat ketika mati lampu, karena listrik mati. Antar tetangga jadi semakin akrab saja terutama ibu-ibu, karena sering ngumpul dan ngobrol. Akibat listrik mati kita semua jadi merasakan hidup di zaman batu karena segala teknologi menggunakan listrik. Ini semua berkat susutnya debit air di sungai kampar sehingga pembangkit listrik yang ada di Koto Panjang tidak dapat beroperasi secara normal.

Ya…, begitulah, walau pembangkit listrik tenaga gas PLTG di teluk lembu sudah berjalan normal dengan kapasitas 32 Mega Watt, tetapi tidak juga mampu menutupi krisis listrik yang ada di Riau. Krisis listrik inilah yang menjadi krisis kedua setelah kekeringan air di Riau. Mungkin karena bertambahnya konsumsi listrik seiring bertambahnya jumlah penduduk Pekanbaru. Sehingga dua pembangkit listrik PLTU dan PLTG tidak mencukupi konsumsi listrik di Pekanbaru. Apa lagi sekarang, apa saja teknologi, memakai listrik, seperti kipas angin, AC, Kulkas, Mesin cuci, Televisi, Komputer, sampai pada kamera, dan mainan anak-anak juga menggunakan listrik. Padahal dulu Pekanbaru hanya mengandalkan PLTD tenaga Diesel kosumsi listrik cukup tidak pernah kekurangan. Perlukah kita memikirkan Energi Listrik Alternatif. Sekarang mau tidak mau masyarakat jadi memikirkan, kalau tidak mau kembali ke zaman batu alias zaman Purba.

Penggunaan Generator Set Genset, menjadi jawaban sementara para listrik lover. Listrik Lover bisa jadi Genset mania, kalau penggunaan listrik dengan menggunakan Genset ini tidak mempentimbangkan mana yang lebih efisien. Maksudnya, biaya BBM Mahal, tidak sebanding dengan penggunaanya. Contoh: Penggunaan Genset di Mushalla tempat saya tinggal menggunakan Genset untuk azan. Kalau cuma untuk azan tidak begitu masalah mungkin, tetapi biasanya limabelas atau sepuluh menit sebelum azan diputar kaset bacaan Qur’an, jadi suatu pemborosan energi. Belum lagi jika dihitung Bensin tanpa subsidi, …memang ada subsidi bensin. Kalau menurut kata pemerintah ada. Buktinya ada penghapusan subsidi BBM.

Bicara masalah penghapusan subsidi, subsidi BBM yang paling pertama dihapuskan adalah Minyak tanah. Padahal minyak tanah adalah BBM yang paling akrab dan paling dibutuhkan oleh masyarakat kecil dan miskin.Dengan mengkonversi minyak tanak ke Gas Elpiji ternyata tidak menguntungkan. Akhirnya saya dengan pertimbangan beberapa hal mengkonversi sendiri pemakaian minyak tanah saya ke gas dengan alasan minyak tanah makin sulit dan langka didapat.

Walau pun sudah mengikuti prosedur untuk mendapatkan minyak tanah tetapi tetap minyak tanah didapat dengan harga yang mahal Rp. 3000.- per liter. Itupun sudang ditambah dengan dengan pungutan uang sampah, dan sumbangan Mushalla yang tidak ada kait mengaitnya dengan penduduk perumahan tempat saya tinggal. Untuk minyak tanah biasanya dikonsumsi sebanyak 12 liter sebulan. Kalau dibeli setiap bulannya berarti 12 liter harganya Rp. 36.000.-.

Kalau sebulan rata-rata 30 hari maka setiap harinya harus dikeluarkan Rp. 1.200.- untuk keperluan minyak tanah. Akhirnya saya beli tabung dan kompor gas lengkap seharga Rp. 888.000.-. Ternyata satu tabuh 15 kg habis dipakai selama kurang dari satu setengah bulan, 40 hari. Saya isi ulang dengan biaya satu tabung 15 kg seharga Rp. 78.000.-.

Setelah dipakai dengan sedikit penghematan pemakaian, misalkan untuk memasak air sekali-kali pakai kompor minyak tanah, jadi tahan sedikit lebih lama yaitu 50 hari. Seandainya pemakaian satu tabung 15 kg rata-rata 45 hari maka setiap harinya harus dikeluarkan untuk keperluan gas adalah Rp. 1.750.-. Dapat dilihat perbedaannya antara pemakaian minyak tanah perhari dan pemakaian gas perhari adalah Rp. 550.-. Sebulan perbedaan ini menjadi Rp. 16.500.-. Woaw. Siapa lagi yang berani bilang gas murah dan konversi minyak tanah ke gas menguntungkan?

Kembali penggunaan Genset di Mushalla. Penggunaan Genset di Mushalla untuk keperluan azan tidak ada masalah, kata orang pengurus Mushalla. Karena penggunaan Genset tersebut hanya sekali-sekali ketika mati lampu saja. Tetapi masih dikatakan pemborosan jika ada altenatif lain yaitu menggunakan batrai akki dan alat cas nya Charger.

Solusi Hemat
Dengan sedikit modifikasi pengeras suaranya dapat dirubah dengan tenaga batrai dan listrik sekaligus AC/DC. Sehingga dengan jika mati lampu, dapat digunakan batrai akki. Pergunakan akki untuk menyimpan energi listrik sementara selagi listrik hidup dan ketika listrik mati dapat dipergunakan batrai akki.
Untuk dirumah pergunakan lampu Emergensi yang menggunakan LED sebagai lampunya. Karena lampu seperti ini diyakini lebih hemat.
Bagi yang ingin berniat mengkonversi Minyak tanah ke gas untuk memakaian rumah tangganya coba pikir-pikir dulu deeeh…

Tiada ulasan:

Catat Ulasan